Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ikrar Sang Pendekar (80): Air Tuba Dibalas Air Susu

4 Oktober 2024   06:20 Diperbarui: 4 Oktober 2024   06:24 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo

Oleh: Tri Handoyo

Dengan ilmu meringankan tubuh yang lumayan tinggi, sepasang pendekar itu jelas tidak mengalami kesulitan berarti untuk menuruni Bukit Lintah. Dalam waktu singkat, mereka sampai di kaki bukit, di mana mereka menempatkan dokar dan kudanya. Saat beristirahat sejenak sambil menikmati sebuah pemandangan yang indah, Lintang menurunkan buntalan yang dipanggulnya dan Arum langsung mencari bungkusan jajanan dan kantung minuman di dalamnya.

Tiba-tiba muncul seorang kakek pencari kayu bakar menghampiri. Ia berkeluh kesah kepada Lintang dan Arum, "Selamat siang, Tuan Pendekar, apa kalian punya makanan?"

"Iya, ada. Tunggu ya, Mbah!" jawab Arum dan mengeluarkan wadah jajan tetel kering, lalu menyodorkan kepada kakek itu dengan sopan. "Tapi maaf hanya tetel bakar!" Tetel yang terbuat dari ketan dan parutan kelapa itu sengaja diawetkan dengan cara dibakar, tapi tentu teksturnya jadi keras bagi orang tua. "Silakan Mbah, tapi maaf agak keras!"

"Terima kasih, Nak. Hm.., tetel ini empuk, seperti lemper, di dalamnya ada cacahan daging ayam yang lezat dan masih hangat lagi! Saya belum pernah makan lemper seenak ini. Hm.., kalian memang dermawan dan rendah hati!"

Mata Arum dan Lintang mendadak terbelalak. Tetel kering di tangan mereka yang tadinya agak keras kini sudah berubah. Tetel itu menjadi empuk dan benar-benar masih hangat, bahkan mereka melihat bagian tengah yang sudah mereka gigit itu tampak cacahan daging ayam yang benar-benar lezat. Tetel itu berubah menjadi kue lemper.

Lintang dan Arum saling bertukar pandang saking herannya. 'Tapi.., tapi bagaimana bisa begini..? Bagaimana tetel ini bisa berubah?' Dalam hati mereka bertanya-tanya.

"Kenapa aku selama ini selalu dililit kemelaratan?" gumam kakek itu seolah berkata kepada dirinya sendiri, "Dan selalu dirundung kesulitan hidup!"

Setelah menghembuskan nafas pelan, Lintang menyahut, "Maaf, Mbah, barangkali karena Mbah tidak pernah berderma!"

"Saya sebetulnya juga ingin bisa berderma, tapi saya ini orang miskin, tidak punya apapun untuk didermakan pada orang lain?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun