Arum menatap lelaki yang wajahnya tampak kebingungan itu. Hati kecilnya menyangsikan bahwa itu suaminya, meskipun wajahnya sangat mirip, tapi postur tubuhnya lebih gemuk. Ia masih termenung dan detak jantungnya tidak karu-karuan.
"Maaf Guru Putri Naga," lapor Mahesa, "Sepertinya Guru Tulus agak.., maaf.., beliau seperti mengalami hilang ingatan!"
"Hilang ingatan?"
"Benar. Beliau tidak ingat sama kita. Bahkan beliau sepertinya lupa dengan tempat ini!" jawab Mahesa sambil menuntun gurunya yang baru pulang itu masuk ke dalam rumah.
'Hmm..., kamu bisa menipu semua orang,'Â batin Arum, 'Tapi jangan harap kamu bisa menipu aku!'
Ketika semua orang akhirnya meninggalkan Arum dan lelaki hilang ingatan itu di ruang tamu, Arum meraih pedang dan meletakkan ujungnya ke leher lelaki itu, "Siapa kamu sebenarnya? Ayo ngaku?"
Lelaki itu hanya menatap Arum dengan pandangan kosong. Wajahnya tidak tampak ada rasa takut sedikit pun, bahkan sikapnya terlampau tenang.
"Kamu pikir kamu bisa membohongi aku!" geram Arum sambil menekan ujung pedangnya.
Lelaki itu hanya menjauhkan lehernya dari ujung pedang yang sangat tajam. Ada luka sedikit tapi itu sudah cukup untuk meneteskan darah.
"Apa kamu bisu?" bentak Arum jengkel.
Lelaki itu menundukan kepala sambil menjawab lirih, "Maaf, aku tidak ingat apa-apa!"