Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ikrar Sang Pendekar (65): Gadis Ajaib

13 September 2024   07:56 Diperbarui: 13 September 2024   12:59 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo

"Hii...hii...hii...!" Suara tawa itu terdengar nyaring dan panjang, berpindah-pindah dari satu pohon ke pohon lainnya.

Kini suara itu terdengar jelas di atas kepala Arum. Tapi ketika ia melihat ke atas pohon tidak ada seorang pun di sana, dan suara itu pindah di belakangnya. Ia cepat membalikkan badan, tapi tidak tampak ada seorang pun. Ia lalu meloncat cepat ke dokar untuk mengambil pedang, dan ketika kembali ke tempat tadi ia sudah tidak melihat Alya. Tempat yang tadinya berupa taman kini berubah menjadi hamparan semak.

"Alya...! Alya..!" Arum mulai ketakutan, bulu tengkuknya berdiri. Sekarang ia baru percaya bahwa yang dikatakan gadis kecil tadi memang benar. "Celaka...!" keluhnya sambil mencoba berlari ke sana ke mari. 'Kenapa ada iblis muncul di sore hari?' batinnya bertanya-tanya.

"Mbak Arum!" terdengar suara Alya.

"Alya..!" panggil Arum sambil berlari menuju asal suara itu.

Tidak lama kemudian selagi berlari-lari, kembali ia mendengar suara ketawa yang mengerikan itu tidak jauh di depannya.

"Hii..hii..hii..!" Tahu-tahu seorang nenek buruk rupa melayang turun dari pohon dengan memondong Alya, "Anak cantik!" Ia mengelus pipi Alya yang halus kemerahan. "Maukah anak cantik ikut nenek, jadi cucu nenek?"

"Lepaskan dia!" bentak Arum sambil menudingkan pedangnya mengancam. Wajahnya terlihat penuh kekhawatiran. Ia melihat seorang nenek tua dengan sepasang mata liar dan aneh, pakaiannya merah dan mengenakan kerudung merah, sementara tangan kirinya memegang tongkat yang berwarna keemasan.

Arum bertindak hati-hati, melirik ke arah Alya untuk melihat keadaannya. Setelah yakin bahwa anak kecil itu tidak terluka, ia lalu memberi hormat kepada perempuan itu. "Nenek, saya Arum Naga, kita tidak saling mengenal dan karenanya tidak ada permusuhan di antara kita, jadi kenapa nenek mau membawa adik saya?"

Arum bersikap hormat karena melihat dari cara nenek itu tadi turun dari pohon yang tinggi begitu ringan seperti daun kering melayang jatuh, itu sudah menunjukkan bahwa ia tengah berhadapan dengan seseorang yang memiliki ilmu meringankan tubuh yang sungguh luar biasa.

Ia dulu pernah mendengar nenek siluman yang bernama Nini Jaelangnak yang memiliki ciri-ciri seperti sosok wanita yang dihadapainya itu. Akan tetapi kabarnya nenek jahat itu sudah lama meninggal di tangan Topo Surantanu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun