Di saat ada waktu senggang, Pendekar Jelita itu memang sering pergi ke desa-desa di mana ia pernah mendengar dari masyarakat bahwa suaminya, pendekar Kebokicak, pernah bertarung melawan Surantanu di tempat tersebut. Kadang ia pergi ke tempat-tempat yang pernah ia kunjungi saat masih bersama suaminya, seperti di Pertirtaan Sumber Beji dan di Sendang Made. Di dalam hatinya masih tertanam kuat harapan akan adanya mukjizat bahwa suaminya masih hidup dan mereka bisa dipertemukan kembali. Bagaimana pun keadaannya. Jika mengingat itu air matanya selalu mengalir.
Sore itu dokar Arum berjalan menembus hutan, menuju Dusun Ngrimbi, di mana terdapat bangunan Candi Arimbi, atau juga disebut Cungkup Pulo. Candi yang merupakan pintu gerbang bagian selatan kerajaan Majapahit itu berada di daerah Bareng, di kaki Gunung Anjasmoro.
Candi yang terbuat dari batu andesit itu merupakan representasi dari Prabu Tribuwana Tungga Dewi, Raja Majapahit yang memerintah pada tahun 1338-1350 Masehi. Prabu Tribuwana Tunggadewi itu terwujud dalam sebuah ukiran arca Purwati yang berada di pusat candi. Candi Arimbi sangat kental dengan nuansa agama Hindu, dengan adanya sejumlah arca yang berada di pelataran candi.
Terdengar suara nyanyian yang disenandungkan oleh seorang wanita dewasa dan diikuti oleh suara anak kecil yang memecah keheningan hutan sore itu. "Gundul-gundul pacul..cul.., gembelengan... nyunggi..nyunggi wakul..kul..gembelengan!"
"Mbak.., Mbak..!" seru Alya ketika ia melihat di kiri jalan yang banyak ditumbuhi bunga-bunga liar, yang sedang bermekaran indah. Sambil menunjuk matanya yang bening menghiasi wajahnya yang berseri-seri.
Arum menghentikan dokarnya dan bertanya, "Alya mau metik bunga?"
"Iya mau!" sahutnya girang.
Mereka kemudian turun dari dokar dan mulai memilih mana bunga yang mau dipetik, karena banyak beraneka ragam bunga yang indah, seolah-olah itu sebuah taman yang dirawat di pekarangan istana. Arum begitu kagum melihat bunga-bunga itu, sehingga asyik memetik sambil terus bernyanyi, dan tiba-tiba Alya menarik ujung baju sambil menempelkan jarinya ke mulut, seolah menyuruh Arum untuk diam.
"Kenapa?" tanya Arum heran.
"Stt.., ada Iblis Betina!"
"Apa? Memang iblis itu apa?" tanya Arum, dan sebelum habis rasa herannya melihat sikap gadis kecil itu tiba-tiba terdengar suara perempuan tertawa.