Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ikrar sang Pendekar (61), Demang Pemuja Perang

9 September 2024   06:45 Diperbarui: 9 September 2024   11:22 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang memesan warung itu adalah Ki Demang Wiryo Kertosastro. Ia mengatakan kepada orang-orangnya akan mentraktir mereka sebagai ungkapan rasa syukur. Entah apa yang sedang disyukurinya. Ia dan Pendekar Celurit akan menyusul belakangan.

Ki Demang Wiryo adalah orang kaya raya yang bukan hasil dari bekerja keras, melainkan dari sikap culas dan suka memeras. Ia memiliki empat orang putra yang semuanya ia kirim untuk belajar ilmu pemerintahan di kotaraja. Ia menitipkan anak-anaknya kepada kenalannya, seorang bangsawan yang memiliki hubungan erat dengan Patih Wahan, patih yang setia mendampingi Bhre Girindrawardana. Tentu saja ia berharap kelak anak-anaknya bisa bekerja di lingkungan istana, syukur bila bisa sampai menjadi menteri.

Demi mewujudkan impiannya itu ia telah menghabiskan dana yang tidak kecil, dana untuk menyuap para pejabat melalui kenalannya. Saat itu tradisi suap-menyuap tentu sudah tidak asing lagi. Dana yang besar itu ia peroleh terutama dari bisnis terlarang yang dikenal dengan Pesanggrahan Seribu Kembang, yaitu bisnis perjudian dan pelacuran. Disamping ia juga korupsi pajak dan berbagai pungutan yang cukup menyengsarakan rakyat. Kemudian untuk mengamankan bisnis terlarang dan korupsinya, ia memelihara banyak tukang pukul dari kalangan dunia hitam.

Sayangnya, ada perguruan silat di wilayahnya yang sering menerima pengaduan dari masyarakat, yang kemudian atas keberpihakan perguruan itu menimbulkan keberanian masyarakat untuk menentang kebijakan-kebijakan kademangan. Perguruan silat itu adalah Benteng Naga dan Jari Suci, yang baginya adalah musuh yang harus disingkirkan.

Semula ia berencana mengadu-domba kedua perguruan itu, namun tidak berhasil. Untungnya ia melihat ada pintu masuk untuk menyerang perguruan Benteng Naga, yaitu melalui perkara harta karun. Bibit perkara inilah yang ia pelihara supaya bisa menjadi api pertengkaran yang terus berkobar-kobar.

Ki Demang, sebagai seorang pemuja perang dan penghasut ulung, telah melaporkan persoalan ini ke atasannya, Tumenggung Legowo, untuk meminta bantuan tenaga jika sewaktu-waktu dibutuhkan. Tumenggung tua yang menjadi salah seorang pelanggan istimewa Pesanggrahan Seribu Kembang itu menyanggupi untuk memberikan bantuan kapan saja jika dibutuhkan.

Ki Demang juga menyebarkan informasi ke masyarakat bahwa Perguruan Benteng Naga telah menggelapkan harta karun yang menjadi hak negara, dengan demikian perguruan itu layak dianggap sebagai pengkhianat.

Nanti di saat Topo Surantanu bertarung menghadapi Tulus Pangestu, jika sesuai dengan rencana yang telah dirancangnya dengan matang, ia akan mengerahkan orang-orangnya untuk menyerbu Padepokan Benteng Naga. Ki Demang sudah tidak sabar menanti datangnya saat itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun