"Saya melihat kedua orang ini terkapar pingsan di tengah jalan!" kata Ning Asih, "Terus saya naikan mereka ke dokar! Kasihan!"
Beberapa orang membantu mengangkat dan membaringkannya di serambi langgar. Mereka mencoba menyadarkan kedua orang itu dengan berbagai cara. Akhirnya kedua orang asing itu siuman. Wajah mereka tampak pucat dan masih menggambarkan rasa ketakutan yang luar biasa.
Tanpa diminta, mereka akhirnya bercerita dengan nada menyesali perbuatannya. "Kami berniat mau menghadang dan merampas harta seorang wanita dan anaknya yang naik dokar!" papar salah satu dari meraka.
Mereka tahu tujuan perempuan itu sehingga menanti di jalan yang membelah hamparan sawah, yang menjelang Maghrib biasanya sangat sepi. Ketika dokar itu mulai terlihat, mereka segera berdiri di tengah jalan. Akan tetapi tiba-tiba tampak segerombolan harimau yang seolah-olah sedang mengawal, berlari di samping kiri kanan dokar. Kedua lelaki itu tertegun dan dengan tubuh lemas tak mampu bergerak. ketika dokar semakin dekat, harimau-harimau yang berjumlah tujuh belas itu lalu mengepung, sehingga mereka kemudian tidak sadarkan diri.
Orang-orang di langgar mendengar cerita itu dengan penuh rasa takjub. Masing-masing lantas dengan diam-diam menghitung jumlah laki-laki yang tadi berdoa bersama. Semuanya berjumlah  tujuh belas orang. 'Sesuatu yang kebetulankah?' batin mereka penasaran.
Alya muncul mendekati Japa sambil menggendong celengan baru berbentuk harimau. "Ayah, halimauu!"
Kedua penjahat langsung terbelalak kaget melihat gadis kecil itu, yang datang dengan menggendong anak harimau. Mereka segera meloncat berdiri dan secepatnya kabur meninggalkan tempat itu.
Mbah Kucing kemudian menceritakan tentang salah satu kebiasaan orang-orang desa pada jaman dahulu kala, kebiasaan yang disebut 'Teriakan Menumbangkan Pohon'. Apabila terdapat pohon yang sangat besar dengan akar-akar yang kuat dan sulit untuk dipotong dengan menggunakan kapak, maka ada cara ajaib yang mereka lakukan.
Caranya adalah, beberapa warga bergandeng tangan mengitari pohon dan kemudian berteriak sekuat-kuatnya yang diarahkan ke pohon itu. Mereka lakukan teriakan yang seirama semacam mantera selama beberapa jam, selama bebrapa hari. Yang terjadi kemudian sungguh menakjubkan. Pohon itu perlahan-lahan mengering. Daunnya berguguran. Setelah itu dahan dan rantingnya mulai rontok dan pohon itu akan mati, sehingga akan mudah untuk ditumbangkan. Mereka memahami bahwa teriakan-teriakan yang dilakukan terhadap mahkluk hidup seperti pohon akan menyebabkan benda tersebut kehilangan jiwanya.
"Kita bisa mengambil pelajaran dari kisah ini!" urai Mbah Kucing, "Bahwasanya kekuatan pikiran itu, apalagi jika dilakukan secara bersama-sama, akan memiliki daya yang maha dasyat! Itulah yang terjadi ketika kita bersama-sama memusatkan pikiran untuk berdoa tadi!"
Orang-orang mengangguk-anggukan kepala sambil bergumam dalam hati, 'Kekuatan pikiran!'