Oleh: Tri Handoyo
Dunia tersentak mendengar kabar tewasnya Ismail Haniyeh saat menjadi tamu undangan negara Iran. Konon ia ke Iran dalam rangka menghadiri pelantikan presiden baru, Masoud Pezeshkian.
Tuduhan pelakunya pun dengan serta-merta mengarah ke Israel. Siapa lagi yang bisa dijadikan kambing hitam empuk? Uniknya, apabila memang benar Israel bisa membunuh Haniyeh di kandang musuh, berarti harusnya itu jauh lebih gampang dilakukan manakala pemimpin Hamas itu berada di Palestina. Malahan bisa juga dilakukannya terhadap pejabat-pejabat tinggi Iran.
Jadi, siapa sebetulnya dalang pembunuh Haniyeh? Investigasi masih berlangsung. Semoga hasilnya nanti benar-benar murni tanpa ada rekayasa dan ada yang disembunyikan.
Yang menarik untuk dikaji, belum lama ini terjadi rekonsiliasi antara Fatah dan Hamas yang dimediasi oleh China. Langka berikutnya disinyalir mereka akan melangkah lebih jauh, yakni melakukan kesepakatan perdamaian dengan Israel. Dunia berharap perdamaian di kawasan itu akan benar-benar terwujud.
Nah, para pemuja perang tentu tidak menghendaki ini. Mereka akan menderita jika damai terjadi. Tidak akan rela. Oleh karena itu mereka berupaya keras menutup rapat setiap langkah yang mengarah ke perdamaian. Bisa jadi pembunuhan pemimpin Hamas yang tengah berada di Iran inilah salah satu cara itu. Wallahu alam bishowab.
Pemerintah Iran, sebagai negara Arab yang konon terkuat dalam bidang militer, tentu merasa dipermalukan dan tercoreng lantaran dianggap gagal melindungi tamu VVIPnya. Buktinya reaksi langsung memanas secepat kilat, dengan mendeklarasikan ancaman pembalasan dendam kepada Israel. Padahal, di sisi lain pemerintahnya menyatakan bahwa investigasi sedang berlangsung. Artinya belum tahu siapa sebenarnya dalang pembunuhnya. Bagaimana seandainya hasil investigasi ternyata bukan Israel pelakunya? Siapa lagi kalau begitu?
Â
Bukan hal yang aneh jika srigala justru berada dalam kawanan domba. Artinya srigala itu menyaruh menjadi domba, berbaur dan mengembik layaknya domba. Seperti kasus Syech Fadel Muhammad yang terlanjur dianggap ulama besar di Palestina, nyatanya adalah seorang agen Intelijen Israel.
Semenjak ketegangan Iran dan Israel menukik tajam, badan intelijen Iran telah berulang kali menangkap orang yang dituduh melakukan misi mata-mata untuk Israel.
Empat orang yang dituduh anggota Mossad dieksekusi lantaran melakukan tindakan ekstensif terhadap pasukan keamanan negara Iran. Berselang beberapa pekan kemudian, beberapa orang yang diduga bekerja untuk badan intelijen Israel kembali ditangkap dan dieksekusi. Seperti itu berulang kali terjadi.
Jangan-jangan ada agen intelijen Israel yang sudah berada di pucuk elit politik, atau duduk sebagai pejabat tinggi. Nah, yang tertangkap itu hanya spionase level rendahan saja.
Jika demikian halnya, maka kemampuan membunuh Ismail Haniyeh tidak terlalu mengherankan. Termasuk kemampuan mensabotase kecelakaan pesawat Presiden Ibrahem Raeisi beberapa waktu yang lalu. Kendati hasil investigasi menyatakan bahwa itu murni kecelakaan. Tentu ada kepentingan lebih besar demi menjaga marwah sebuah negara. Sekali lagi wallahu a'lam bishowab.
Disinyalir dari keterangan beberapa pakar, kematian Ismail Haniyeh bukan karena serangan udara, melainkan dari bom yang disusupkan dan diletakan di dalam gedung tempat pemimpin Hamas itu menginap.
Operasi pembunuhan ini benar-benar mirip film Mission Imposible. Eksekusi dilakukan justru di tempat markas IRGC yang mendapat penjagaan super ketat. Namun sebagaimana ungkapan, 'Tempat yang dianggap paling aman justru adalah tempat paling berbahaya'.
Yang menarik, pelakunya pasti memiliki akses yang luar biasa untuk bisa menyusupkan bom dan memasangkannya. Bom itu kemudian diledakan dengan remot kontrol dari jarak jauh. Bom itu meledak tepat di ruang Haniyeh dan ajudannya. Smentara gedung sebelahnya yang ditempati pemimpin Jihad Islam tidak mengalami kerusakan. Artinya hanya Haniyeh yang dijadikan target.
Andaikata, pembunuhan itu dari serangan rudal jarak jauh, sebagaimana yang disampaikan petinggi militer Iran, justru itu mengkonfirmasi betapa lemah dan teledornya keamanan udara Iran. Padahal tempat itu sering digunakan untuk rapat-rapat penting dan rahasia para pemimpin negara.
Kali ini seluruh mata dunia tengah menyaksikan, bahwa tuan rumah telah gagal melindungi tamunya. Ini adalah hal yang sangat memalukan. Akankah demi menutupi malu, maka perang menjadi obat pelipur lara?
Mari kita simak perkembangan selanjutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H