Disinyalir dari keterangan beberapa pakar, kematian Ismail Haniyeh bukan karena serangan udara, melainkan dari bom yang disusupkan dan diletakan di dalam gedung tempat pemimpin Hamas itu menginap.
Operasi pembunuhan ini benar-benar mirip film Mission Imposible. Eksekusi dilakukan justru di tempat markas IRGC yang mendapat penjagaan super ketat. Namun sebagaimana ungkapan, 'Tempat yang dianggap paling aman justru adalah tempat paling berbahaya'.
Yang menarik, pelakunya pasti memiliki akses yang luar biasa untuk bisa menyusupkan bom dan memasangkannya. Bom itu kemudian diledakan dengan remot kontrol dari jarak jauh. Bom itu meledak tepat di ruang Haniyeh dan ajudannya. Smentara gedung sebelahnya yang ditempati pemimpin Jihad Islam tidak mengalami kerusakan. Artinya hanya Haniyeh yang dijadikan target.
Andaikata, pembunuhan itu dari serangan rudal jarak jauh, sebagaimana yang disampaikan petinggi militer Iran, justru itu mengkonfirmasi betapa lemah dan teledornya keamanan udara Iran. Padahal tempat itu sering digunakan untuk rapat-rapat penting dan rahasia para pemimpin negara.
Kali ini seluruh mata dunia tengah menyaksikan, bahwa tuan rumah telah gagal melindungi tamunya. Ini adalah hal yang sangat memalukan. Akankah demi menutupi malu, maka perang menjadi obat pelipur lara?
Mari kita simak perkembangan selanjutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H