Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ikrar Sang Pendekar (26): Mengendus Sosok Misterius

13 Juli 2024   04:49 Diperbarui: 16 Juli 2024   12:10 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo

***

Sejak peristiwa kematian Ki Blandotan Kobra, warung ayam bakar hampir setiap hari dipenuhi pengunjung. Tentu saja itu sangat menguntungkan bagi si pemilik tapi sekaligus mengkhawatirkan, sebab sebagian dari pengunjung itu adalah pendekar-pendekar yang cukup memiliki pamor di tanah Jawa. Potensi akan terjadinya konflik di antara mereka itulah yang sangat dikhawatirkan.

Panji Segoro, seorang dari kademangan ditugaskan secara rahasia untuk mengamati segala aktifitas di Langgar Al Akbar yang kecil itu, langgar yang menjadi kuburan Sang Penjahat Besar. Panji mencatat daftar nama orang-orang penting yang muncul. Ki Singo Bedander dari pedalaman hutan Kabuh tiba-tiba mau menampakan diri di warung. Ki Kelabang Karang, seorang kepala keamanan pengawal Tumenggung Raden Rangga Wisesa dari Mojokerto datang dengan menunggang kuda bersama dua orang anak buahnya. Ki Bongkok Klothok, pendekar dari Gunung Klothok Kediri yang terkenal dengan Ajian Lembu Sekilannya yang sempurna datang seorang diri. Tiga orang syech berbaju gamis dan bersurban bersama rombongannya, yang sedang dalam perjalanan dari Ampel hendak menuju Demak, menyempatkan diri mampir dan shalat di langgar.

Pendekar Celurit Setan yang sangat disegani terlihat di sekitar langgar di malam hari. Joko Cluring datang sebentar dan kemudian menghilang. Kyai Broto Brantas dan dua muridnya tampak ikut sembayang isyak di langgar. Masih banyak catatan mengenai pendekar-pendekar yang datang dengan menyamar. Satu hal yang membuat kemunculan mereka, yakni ingin mengendus sosok misterius yang sangat sakti itu.

Ketika malam semakin larut, tampak seorang perempuan dengan tongkat kayunya yang meliuk-liuk seperti ular berdiri di atas dahan sebuah pohon Trembesi. Dia dikenal dengan julukan Nini Jailangnak Si Nenek Siluman. Kulit mukanya yang pucat seperti lilin telah kisut berkerut-kerut.

Panji Segoro tidak menyadari sejak kapan perempuan itu berdiri dan mengamati langgar dari atas sana. Tapi satu hal yang diyakininya, bahwa Si Nenek Siluman itu hendak menuntut balas akan kematian Ki Blandotan. Menurut desas-desus mereka adalah sepasang kekasih.

Perempuan yang mengenakan pakaian panjang dan longgar berwarna merah itu tidak akan muncul kecuali akan ada kejahatan yang direncanakannya, tapi ia pasti bingung kepada siapa balas dendam itu harus dilampiaskan. Ia kemudian sadar telah ada seseorang yang mengamati keberadaannya.

'Hmm.., sekarang kau lihat ini!' batin Nenek Siluman itu sambil menggerakkan tongkat yang dipegangnya. Sebatang dahan pohon Akasia yang berjarak sekitar lima tombak darinya tiba-tiba bergetar hebat dan kemudian daun-daunnya yang mengering berguguran di atas tanah.

Ketika Panji kembali memalingkan wajah ke arah nenek itu, dahan tempatnya berpijak tadi telah kosong. Entah ke mana perginya perempuan yang memang tepat mendapat julukan siluman itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun