Ia terbangun di tengah malam karena mendengar teriakan seorang perempuan di luar. Ia segera membuka pintu dan menemukan perempuan muda yang tadi berteriak itu berada di teras depan rumahnya.
"Ada apa?" tanya Suto Gumilar keheranan. Perempuan itu tampak terluka dan meringis menahan sakit. "Apa yang terjadi dengan anda?"
"Maaf, Raden? Saya tadi mau diperkosa oleh seorang prajurit penjaga Istana!"
"Apa? Siapa namanya? Ceritakan bagaimana..." Sebelum Suto selesai berbicara, tiba-tiba terasa sambaran angin dan tahu-tahu ada sosok bayangan dari arah belakang menerjang menggunakan pisau. Suto berhasil menangkis, tapi disusul serangan berikutnya dari perempuan muda di depannya.
Kedua tangan perempuan itu kelihatannya seperti akan memeluk leher Suto, tetapi sebenarnya ini adalah sebuah serangan berbahaya, karena jari-jari tangan itu bergerak dengan jurus Cengkeraman Kuku Rajawali, yang jika sampai mengenai sasaran, maka kulit leher itu pasti akan terkoyak, juga dagingnya.
Kedua serangan kilat itu bisa dipatahkan, namun tanpa diduga sama sekali, seorang berpakain serba hitam yang tadi menyerang dari belakang berkata, "Hei Suto, kau harus dihukum mati seperti ayahmu, karena dosa-dosa kalian sebagai pengkhianat hanya bisa ditebus dengan kematian!"
Si perempuan menambahkan, "Namamu akan diabadikan oleh sejarah sebagai pengkhianat jahanam!"
Hal itu membuat Suto tersentak dan untuk sesaat dia menjadi kurang waspada. Ketika menengok ke belakang, tiba-tiba lengan tangan kirinya dicengkeram dengan kuat sekali dan sebilah pisau ditancapkan ke punggung.Â
Ia masih berusaha berkelit namun serangan berikutnya berupa tendangan keras ke dada membuat ia terbanting di lantai batu. Penyerang perempuan yang masih penasaran itu mengakhiri dengan mencabut pisau di punggung dan kemudian menancapkannya ke leher Suto, hingga tembus.
Bagaikan tidak terjadi sesuatu, kedua penyerang itu ke luar dari halaman rumah dengan cepat. Sementara itu, di teras rumah, tampak tuan rumah yang berkelojotan menghadapi kematian. Istrinya yang tengah hamil lari keluar dan menangis di dekat tubuh sekarat itu.
Di pos jaga dekat pintu gerbang, tampak dua orang prajurit yang masih dalam keadaan tidak sadarkan diri, pingsan akibat serangan yang merupakan bagian dari operasi senyap.