Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ikrar Sang Pendekar (20): Operasi Senyap

1 Juli 2024   13:42 Diperbarui: 1 Juli 2024   14:14 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Tri Handoyo

Peristiwa Bubat memang tidak membuat Kerajaan Sunda Galuh merasa wajib melampiaskan dendam dengan cara menggempur Majapahit. Mereka menyadari betul bahwa Majapahit adalah kerajaan besar, memiliki pasukan terbanyak dan terkuat di Nusantara, sehingga menyerangnya sama saja dengan membenturkan diri ke batu karang. Saat itu mustahil membangun kekuatan militer untuk mengimbangi kekuatan Majapahit, namun demikian, mereka tetap menyusun sebuah rencana untuk balas dendam.

Beberapa bangsawan pendukung setia raja Sunda Galuh yang terbantai di lapangan Bubat, memutuskan untuk membentuk satu kelompok penari tayub, yang nantinya akan diberangkatkan ke Majapahit dengan sasaran bidik yang sudah jelas, yaitu Sang Mahapati Gajah Mada. Itulah salah satu jalan keluar yang paling logis untuk dijalankan.

Persiapan yang sangat matang dan teliti adalah kunci utama keberhasilan operasi tersebut. Setiap anggota kelompok sudah pasti harus mahir berbahasa Jawa dan menguasai kesenian Tayub. Seiring berjalannya waktu, kelompok khusus tersebut telah siap beraksi. Operasi senyap yang mereka lakukan akan langsung menusuk ke dalam lingkungan istana.

Pagelaran tari tayub diselenggarakan beberapa hari di dekat markas prajurit Majapahit, dengan tujuan selain untuk mencari prajurit pilihan, membujuk dan jika perlu menyuap mereka demi memperoleh informasi penting. Jika memungkinkan, juga mengubahnya untuk dijadikan eksekutor cadangan yang bertugas membunuh Gajah Mada. Tentu dengan iming-iming imbalan yang lumayan menggiurkan.

Di suatu pagi yang sejuk, seorang penari yang mengaku bernama Palupi Wungu bertanya tentang Mahapatih Gajah Mada kepada seorang prajurit. Dijawab oleh prajurit berpangkat bekel itu dengan senyum getir dan untuk beberapa saat sinar matanya yang biasanya berseri-seri itu tiba-tiba menjadi suram.

"Ada apa kangmas?" tanya Palupi dengan suara manja.

"Sudah dua bulan lebih kami semua tidak ada yang mengetahui di mana keberadaan beliau. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Mungkin hanya Prabu Hayam Wuruk dan keluarga istana saja yang mengetahuinya!"

"Ah, kangmas, kalau kamu tidak suka menceritakan riwayat hidup mahapatih hebat itu padaku, ya sudahlah. Nah, sekarang bagaimana kalau kamu cerita mengenai sang utusan yang terkenal itu?"

"Sang utusan siapa maksudnya, Nyimas?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun