Gajah Mada juga melakukan langkah koordinasi kekuatan terhadap tiga kesatuan pasukan utama Majapahit dengan cara menghubungi masing-masing pimpinannya. Tidak mudah bagi seorang bekel untuk bisa melakukan hal itu karena ia harus bisa menemui para Tumenggung yang berpangkat dua tingkat di atasnya.
Arya Tadah yang tanggap akan adanya bahaya, telah membekali Gajah Mada dengan lencana kepatihan, sebuah tanda bahwa Gajah Mada mewakili dirinya dalam melaksanakan tugas rahasia tersebut.
Dua dari tiga pimpinan pasukan berhasil dihubungi. Namun keduanya menyatakan sikap yang berlainan. Pasukan Jala Yudha bersikap mendukung istana, sedangkan pasukan Jala Pati memilih tidak menyatakan sikap. Pimpinan pasukan Jala Rananggana tidak berhasil ditemui karena pada saat itu kesatuan pasukan tersebut telah mempersiapkan diri di suatu tempat yang cukup jauh dari istana. Pasukan itu sedang mengadakan serangan ke suatu wilayah.
Gajah Mada menyimpulkan bahwa yang akan terjadi selanjutnya adalah perang besar, yang akan melibatkan ketiga kesatuan utama pasukan Majapahit. Itu merupakan pemberontakan yang akan paling berdarah dan dikhawatrikan akan berhasil menggulingkan sang raja, sehingga kemudian ia tergerak untuk melakukan tindakan penyelamatan. Sebuah upaya penyelamatan terhadap raja yang teramat rumit. Sekali lagi, itu semua sebagai akibat buah karya sang penghasut ulung.