Sementara itu, Gajah Mada yang bagaikan 'Anak Emas Sang Peperangan', mulai menarik banyak perhatian. Ia memiliki energi berlimpah dan tidak mengenal rasa takut. Ketenangannya mendatangkan banyak kekaguman. Ia, yang mendapat julukan 'Sang Perkasa', mulai dipayungi keberuntungan dan semakin diperhitungkan.
Setelah kematian Mpu Nambi, posisi mahapatih Majapahit diduduki oleh Halayudha. Ini adalah posisi yang diincarnya sejak awal Majapahit berdiri. Akan tetapi sifat hasutnya tidak berhenti kendatipun dia telah berhasil mencapai impiannya.
Dengan posisi barunya sebagai mahapati, dia justru lebih leluasa menghasut para Darmaputra, kaum bangsawan loyalis Wijaya. Halayudha berniat menggunakan mereka sebagai alat untuk menggulingkan raja yang sah, Raja Jayanegara.
***
Gajah Mada kini membawahi satu kesatuan pasukan setingkat kompi yang bertugas menjaga keamanan istana. Nama pasukan ini adalah Bhayangkara. Jumlahnya tidak lebih dari 100 orang, namun pasukan Bhayangkara ini adalah pasukan khusus yang memiliki kemampuan di atas rata-rata prajurit dari kesatuan mana pun.
Di petang musim kemarau yang hangat, Gajah Mada saat itu sedang berada di tempat ibadah, tempat di mana ia menyandarkan beban-beban pikiran. Tiba-tiba informasi tentang akan adanya pemberontakan ia peroleh dari seseorang secara rahasia.
"Besok pagi raja akan dibunuh!"
'Benarkah? Dari mana kamu tahu?' tanya Gajah Mada dalam hati. Suara misterius melalui tenaga dalam itu kemudian menceritakan detilnya.
Gajah Mada terjaga dari meditasinya. Segera diselidikinya siapa orang yang tadi menyampaikan peringatan itu. Tidak dijelaskan atas motif apa orang tersebut memberitahunya, tapi satu hal yang cukup jelas, bahwa sosok misterius itu mengetahui secara detil rencana makar dan kapan waktu akan dilaksanakannya. Itu menandakan bahwa orang tersebut memiliki hubungan yang cukup dekat dengan pihak pemberontak.
Pemberontakan dari dalam kalangan istana sendiri, dipimpin oleh Ra Kuti. Dia tidak hanya menganggap bahwa Raja Jayanegara tidak pantas menduduki singgasana, tapi juga karena Jayanegara memiliki perilaku tidak terpuji, yakni berniat menikahi dua saudaranya lain ibu. Tersebar juga raja gemar mengganggu istri-istri para bangsawan.
Setelah mendapatkan informasi, Gajah Mada segera melakukan koordinasi dengan segenap jajaran telik sandi yang dimiliki pasukan Bhayangkara, tidak ketinggalan pula terhadap telik sandi pasukan kepatihan. Saat itu mahapatih dijabat oleh Arya Tadah, yang telah memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Gajah Mada.