Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pusaka Rabu Legi

9 Juni 2024   06:58 Diperbarui: 16 Juni 2024   07:10 1099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rupanya dia sedang mendengar suara kucing yang mengeong di luar. Sehingga bergegas lari meninggalkan makanannya yang belum habis.

"Apa dia pacarmu?" tanyaku penasaran, dan tidak mendapat tanggapan darinya. Dia tetap terpaku di depan kaca. "Kamu marah sama aku?"

Suatu hari aku sedang tidak enak badan, jadi aku minta ijin rekan-rekan untuk mengerjakan tugas di rumah. Saat itu aku banyak habiskan waktu bermain dengan Bogi. Tubuhnya memang besar, tapi sesungguhnya dia masih anak-anak yang suka bermain. Ia berlari, melompat dan tiba-tiba bergulingan menangkap entah apa. Pikirku dia sedang berlatih silat.

Sebelum tidur malam, aku mendengar suara anak kecil di depan rumah. Di halaman samping depan memang ada kolam, tidak begitu besar, tapi sering membuat anak-anak kecil terpikat untuk berlama-lama menikmati ikan-ikan koi yang sedang berenang. Aku biarkan anak-anak bebas keluar masuk halaman, meskipun aku sedang tidak di rumah.

'Anak siapa jam segini masih main di luar?' batinku. Aku keluar untuk melihatnya. Tapi di sekitar kolam ternyata sepi. Tidak tampak ada seorang pun anak. Pintu pagar masih tertutup, dan tidak terdengar ada yang membukanya.

Aku kembali masuk, ke kamar tidur, dengan pikiran masih berkecamuk. 'Ah, mungkin saja suara di rumah tetangga, yang terdengar seakan-akan di depan rumah!'

Di malam hari, aku terbangun, karena tiba-tiba mendengar air kran terbuka. Cukup deras. Aku perhatikan sepertinya dari tempat jemuran. Aku bangun dan lihat jam. Pukul tiga tepat.

Masih dengan rasa kantuk, aku beranjak menuju tempat jemuran. Benar juga. Sempat merinding, karena tidak mungkin Bogi bisa membuka kran yang setinggi satu meter dari lantai. Pikirku, 'Barangkali ia sedang mengejar cicak dan tanpa sengaja membuat kran terbuka'.

Aku buka pintu dan menunggu Bogi muncul menghampiri. Tempat jemuran itu memang aku biarkan gelap. Tombol lampu ada di sisi dalam kamar kosong. Bogi tidak muncul. Akhirnya aku berjalan menyusuri mesin cuci dan mematikan kran.

"Pus!" panggilku. "Bog!" Seandainya dia tidur pun biasanya akan bangun dan segera menghampiriku. Aku sangat hafal sifatnya.

Tiba-tiba aku mendengar suara erangan. Seperti suara kucing yang akan bertengkar. Aku cari sumber suara, ternyata Bogi sedang menghadap pojokan yang gelap, di samping tumpukan kursi. Di depannya seperti ada sosok hitam, lebih hitam dari gelapnya tempat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun