Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ikrar Sang Pendekar (3): Duka Menjelang Senja

2 Juni 2024   17:29 Diperbarui: 9 Juni 2024   05:23 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum berpencar, dalam suasana berat hati, pasukan setia itu mengucapkan ikrar bahwa sampai kapan pun mereka akan tetap menganggap Pangeran Dyah Wijaya sebagai pimpinan mereka. Akhirnya hanya tinggal 12 orang yang masih tetap menyertai Sang Pangeran.

Letih dan luka membuat Wijaya akhirnya harus sembunyi di daerah Kudadu, tempat di mana ia ditolong oleh kepala kampung di sana. Oleh karena itu, kepala kampung itu kelak diberi hadiah ketika Wijaya naik tahta menjadi Raja Majapahit, dengan mendirikan Prasasti Kudadu (1294 M).

***

Beberapa hari kemudian ramai beredar kabar bahwa kerajaan Singhasari telah hancur. Raja beserta seluruh keluarganya dibantai dan dibakar di dalam istana. Kejadian yang mengenaskan itu membuat rakyat Singhasari dirundung kesedihan yang sangat mendalam.

Duka menjelang senja. Dewi Andongsari menerima kabar bahwa pasukan suaminya di bawah pimpinan Wijaya, telah kalah. Suaminya gugur di medan perang. Firasat buruk yang ia rasakan sebelum suaminya berangkat telah terbukti benar.

Dengan hati hancur Nyi Andongsari kemudian memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya di Mada, Lamongan. Meskipun kedua orang tuanya sebagai tempat berlindung telah tiada, tapi ia memiliki banyak kerabat di desa itu.

Ia sadar dan siap menerima jika nantinya akan mendapat perlakuan kurang mengenakkan dari para kerabatnya, karena dianggap telah keluar dari agama leluhur dan mengikuti agama suaminya.

Meskipun Islam telah menyebar sejak abad ke X, yang dibuktikan dengan penemuan Prasasti nisan Fatimah Binti Maimun (1082), yang bertuliskan huruf Arab Kufi, di Leran Gresik, tapi agama Islam masih menjadi agama minoritas di tanah Jawa.

Dewi Andongsari juga menyadari bahwa dirinya sedang dalam kondisi hamil tua, ini pasti akan menambah beban bagi keluarga yang ditumpanginya. Ia juga menerima seandainya dianggap bersalah karena menikah dengan lelaki yang umurnya pendek.

Ia perempuan yang luar biasa tabah dan sangat tahu diri, sehingga bersedia membantu bekerja di ladang dan tidak mengambil makanan sebelum semua anggota keluarga di rumah itu makan terlebih dulu.

Jika ia tidak kebagian makanan, ia akan pergi ke ladang dan dengan sembunyi-sembunyi makan dedaunan yang ia jumpai di sana. Ia terpaksa melakukan semua itu semata-mata demi bayi yang berada dalam kandungannya. Bayi yang paling dicintainya melebihi apapun di dunia ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun