"Kemarin sore seorang tilik sandi melaporkan ada pasukan Jayakatwang yang sedang bergerak menuju Singhasari! Menurut perkiraan mereka akan tiba di batas kota pagi ini!"
"Apa?" seru Dipa sangat sulit mempercayai pendengarannya itu, "Seriuskah?"
"Iya. Serius!"
Dengan cepat, begitu tersiar kabar pasukan Jayakatwang dari Gelang-gelang akan menyerang, semua pasukan diwajibkan berangkat ke ibu kota. Termasuk pasukan yang baru mendapat giliran libur. Dipa adalah salah seorang pasukan dibawah pimpinan Pangeran Wijaya, yang menerima tugas untuk menghadang serangan musuh yang mengancam kerajaan.
Mendengar itu, Dewi Andongsari tidak mampu membendung air matanya. Baru beberapa saat ia terjaga dari mimpi buruk, kini suaminya harus berangkat ke medan perang.
Ki Dipo dengan cepat berganti pakaian prajurit. Saat melirik istrinya berurai air mata, ia berkata lembut, "Nanti minta Mbok Ra untuk sementara tinggal di sini. Biar ada yang menemanimu. Jaga baik-baik kandunganmu! Jangan terlalu capek!"
"Kangmas, firasatku mengatakan ada sesuatu yang buruk bakal terjadi!"
Dipa menghela nafas panjang. "Doakan semuanya akan baik-baik saja!"
***
Berdasarkan Batu Bersurat di Desa Butak, sebuah prasasti yang isinya mengabadikan kisah bahwa pada suatu ketika, Prabu Kertanegara diserang Jayakatwang. Jayakatwang yang disebut dari negeri Gelang-Gelang bermaksud hendak menghancurkan kerajaan Singhasari dan tentu saja beserta semua penghuninya.
Begitu seorang Telik Sandi mengabarkan akan kedatangan musuh, Kertanegara segera mengutus kedua menantunya Dyah Wijaya dan Ardharaja, untuk menghadang mereka di batas kota. Musuh masih dari kerabat sendiri yang sama sekali tidak pernah diperhitungkan.