"Maaf, mungkin saya bisa membantu Mbak!" Aku semakin tertarik. Entah karena mungkin sudah terpesona oleh kecantikannya. Tapi aku ingatkan pikiranku agar kembali ke niat semula. Menolong, titik.
"Saya kabur dari rumah!" gumamnya seperti pada diri sendiri.
"Masyaallah..! Maaf, kalau boleh tahu kenapa, Mbak?" Aku tidak melihat ia membawa perbekalan apa pun. Tampaknya ia memang pergi tergesa-gesa. Itu membuatku bertambah yakin bahwa gadis itu memang butuh pertolongan.
"Saya sering mendapat perlakuan kasar dari suami. Dijambak. Dipukul. Ditendang. Bahkan pernah sampai pingsan dan diseret di jalan!"
Spontan terlontar dari mulutku, "Laki-laki biadab! Kurang ajar!"
Dia memalingkan wajahnya yang sendu dan dengan pandangan sayu menatap, tepat di bola mataku.
"Maaf, Mbak sepertinya masih sangat muda, masih seperti anak SMU, kok sudah menikah?"
"Saya dijodokan orang tua. Saya tidak punya pilihan selain harus mematuhi perintah itu!"
"Hmm..! Seringkah dia melakukan kekerasan, Mbak?"
"Sangat sering!"
"Kenapa Mbak tidak minta cerai saja?" tanyaku geram. "Maaf, saya mencampuri urusan rumah tangga Mbak!" Saya jadi terbawa emosi.