Topik lain yang menjadi ruh dalam obrolan bersama dua tokoh Satupena itu adalah mengenai 'Imajinasi'. Pikiran yang otomatis meliputi segala pernik misteriusnya, yaitu seperti persepsi dan Imajinasi. Meskipun seolah disinggung sambil lalu, tapi Imajinasi justru yang paling saya garis bawahi, seperti air setelah diendapkan dalam durasi kontemplasi.
Secara umum, imajinasi diartikan sebagai daya pikir yang membentuk gambaran tentang sesuatu, atau gambaran yang bisa dihasilkan, yang tidak diperoleh dari pengalaman empiris atau tidak terdapat di realitas lapangan.
Contoh gampangnya, seseorang berimajinasi melihat sebuah tanaman melati, dengan banyak jenis bunga yang tersusun. Uniknya bunga-bunga melati itu beraneka warna, ada biru, hijau, ungu, merah, hitam, yang dalam realitasnya tidak ada.
Ada seorang murid Michael Angelo, yang telah lama belajar teknik memahat dan lama mengamati proses pemahatan. Ia juga memiliki segala peralatan yang diperlukan untuk memahat. Namun ia begitu heran menyaksikan sang guru.
Ada batu besar, yang setelah dipahat oleh sang maestro itu, menjadi patung kuda lengkap dengan penungganggnya. Sedangkan batu pualam yang lain, setelah dipahat menjadi seorang ibu yang sedang menyusui bayi.
Yang sangat mengherankan bagi si murid, bagaimana gurunya itu bisa tahu bahwa di dalam batu ada penunggang kuda, dan di dalam batu yang lain ada ibu menyusui bayi.
Itulah Imajinasi, sesuatu yang bisa dimengerti dan dipahami dengan baik, tapi tidak mungkin bisa ditiru. Belakangan ini dunia dibuat terkagum-kagum oleh perkembangan Artificial Intelligence, tapi saya yakin tidak akan ada Artificial Imagination. Itulah keajaiban imajinasi. Itulah keunggulan imajinasi dibanding inteligensi. Imajinasi yang kompleks, melibatkan nurani, empati, emosi, intuisi, tak akan pernah tergantikan oleh mesin.