"Ini tempat apa, Mbak? Kok aneh, jalannya dipaving sampai pohon? Apa nanti pohonnya mau ditebang?"
"Ini menurut orang-orang 'punden'! Rencana memang mau dibangun semacam joglo sederhana di bawah pohon besar ini!"
Sepanjang yang aku tahu, punden adalah tempat yang dikeramatkan, yang jika ditelisik dari segi historis, merupakan kuburan seseorang yang dianggap sebagai cikal bakal sebuah wilayah, yang 'babat alas' (membuka lahan).
Aku teringat lagi dengan pesan salah kirim. Mungkinkah tempat itu adalah titik koordinat yang dimaksud. Aku bergegas buka ponsel, periksa google map. Sialnya, tidak ada sinyal sama sekali.
"Oh iya, bisa minta tolong, Mbak?" Aku kemudian minta diambilkan foto. Sempat terpikir barangkali gadis penjual itu tidak tahu caranya, jadi aku beri petunjuk sejelas mungkin.
Pada saat aku lihat hasil foto, gambarnya tidak fokus. Foto pertama hanya kelihatan separuh, karena tertutup jari. Benar juga. Ia tampak belum pernah mengambil foto dari ponsel, atau bahkan belum pernah memegangnya.
Sebelum selesai memeriksa semua foto, ponsel tiba-tiba mati kehabisan baterei. Mudah-mudahan ada foto yang bagus, walaupun cuma sebuah. Buat kenang-kenangan bahwa aku pernah ke lokasi terpencil itu.
"Terima kasih ya Mbak!" kataku sambil meyimpan ponsel dalam saku. Menyembunyikan sekelebat rasa kecewa.
"Mas mau kerupuk? Monggo, ini buatanku sendiri lho!"
"Maaf, terima kasih, Mbak!"
"Gratis kok! Sungguh! Nanti kalau mas suka baru boleh bayar!"