Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pertemuan Singkat

16 Mei 2024   06:44 Diperbarui: 9 Juni 2024   22:10 858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa menit kemudian, aku menemukan sebuah jalan setapak. Anehnya jalan yang sedikit menanjak itu dipaving rapi, dan hanya sampai pada sebuah pohon besar. Unik dan menarik.

'Jalan buntu, atau pengerjaannya yang belum selesai?' batinku sambil membelokan arah menuju ke pohon besar.

Sepedaku tiba-tiba rasanya berat saat dikayuh, seperti dalam posisi direm. Aku turun untuk memeriksa rem. Tidak menemukan ada masalah. Aku coba putar roda, dan berputar normal saja. Mengherankan.

Akhirnya aku sandarkan sepeda kesayanganku dan berjalan menghampiri pohon besar. Sinar matahari yang tadinya susah payah menembus awan, kini semakin terhalang oleh rimbunnya pepohonan di kiri-kanan jalan. Terasa lebih sunyi dan lumayan dingin.

Aku lihat ada seorang gadis duduk di sebuah batu di bawah pohon. Rupanya ia sedang berjualan. Tampak beberapa bungkus plastik berisi kerupuk dalam keranjang jinjing. Aku mencoba mencari-cari apa alasan yang membuat gadis itu memilih berjualan di tempat terpencil seperti itu. Gagal menemukan jawaban yang masuk akal.

Si penjual berpenampilan khas gadis desa, menatapku sambil tersenyum ramah. "Mari istirahat dulu, Mas!"

"Kok sepi ya mbak? Apa setiap hari memang seperti ini?" Aku mencari tempat duduk di sebuah batu tidak jauh darinya.

"Biasanya ya lumayan, ada saja anak-anak muda yang berkunjung ke sini, tapi mungkin karena tadi pagi hujan, jadi sepi!" Nada suaranya terkesan sangat tenang. "Saya jualan cuma pas hari minggu, soalnya kalau tidak hari minggu tambah sepi lagi!"

'Bagaimana bisa lebih sepi lagi, padahal saat itu pun hanya ada aku, satu-satunya pengunjung?' "Lha Mbak kok jualan di tempat seperti ini?"

"Rejeki kan sudah ada yang ngatur, Mas?" ujar gadis manis itu sabar.

Benar juga. Itu hal yang selama ini tak kunjung selesai bertempur dalam batinku. 'Rejeki sudah ada yang mengatur! Tidak terlalu salah, tapi menurutku juga kurang tepat! Karena diatur dengan melibatkan hukum sebab akibat.'

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun