Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tanpa Gendang Telinga, Mahakarya Indah Tercipta

11 Mei 2024   15:20 Diperbarui: 14 Juni 2024   19:51 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo

Kembali ke masa lima puluh empat tahun yang lampau, tepatnya tahun 1770. Saat itu Beethoven dilahirkan di kota Bonn, Jerman. Sejak kanak-kanak bakat musiknya yang luar biasa sudah terlihat menonjol. Sehingga di usia remaja ia nekad hijrah ke Wina untuk memperdalam ilmu musik.

Wina, andaikata musik itu agama, maka kota itu layak disebut kiblatnya. Sebab di tempat itulah para komposer jempolan bermunculan. Sebut saja, Wolfgang Amadeus Mozart, Johan Strauss, Joseph Hayden, Antonio Vivaldi, hingga kelak yang patut dianggap nabinya musik, yakni Ludwig Van Beethoven itu sendiri.

Kota Wina terletak di lembah Sungai Donau, di kaki Pegunungan Alpen, Austria. Sebagai pemain piano, di tempat baru itu Beethoven sudah mampu membuat tiap pendengamya terhipnotis.

Dalam waktu singkat ia sudah menjelma menjadi pencipta musik yang produktif. Karya-karyanya senantiasa mendapat sambutan luar biasa.  Menginjak umur dua puluhan, dia sudah menerbitkan dan menjual buku-buku karyanya tanpa ada sedikit pun hambatan yang berarti.

Malang baginya, ketika berumur mendekati empat puluhan, gejala ketuliannya mulai timbul. Tak dapat dipungkiri lagi itu sangat merisaukan dan membuatnya sangat depresi. Ia pun sempat berpikir untuk mengakhiri hidupnya. Namun kecinttannya pada musik menolong menjauh dari pikiran negatif itu.

Antara tahun 1802 sampai tahun 1815, sebetulnya merupakan masa gemilang karier Beethoven. Akan tetapi, akibat ketuliannya yang semakin parah, ia mulai menarik diri dari pergaulan masyarakat. Sebuah nasib yang tragis, bahwa seorang komponis paling brillian sepanjang jaman harus tertimpa musibah tunarungu. Kendati demikian, Beethoven dengan tekad bulat terus mencipta dan menjaga kualitas karya musiknya.

Sebuah realitas yang lebih menakjubkan khalayak, dia mampu menciptakan karya yang tidak sekedar setara dengan apa yang dihasilkan sebelumnya, melainkan saat itu justru karyanya dianggap sebagai mahakarya terbesarnya.

Beethoven berjasa membuat musik instrumental tak bisa lagi dipandang cuma bernilai seni nomor dua. Ini dibuktikan dari komposisi yang dirangkainya telah sukses mengangkat musik instrumental ke level yang amat terhormat.

Beethoven benar-benar seorang pencipta orisinal dan otentik, yang inovasinya membuka babak transisi dari musik klasik ke musik bergaya romantik. Karyanya merupakan sumber ilham yang daya pengaruhnya menghujam kuat pada diri komponis-komponis generasi yang muncul sesudahnya.

Nah, kembali ke soal 'Fur Elise' yang merupakan salah satu karya tersohor dan mengandung banyak misteri. Karya itu baru dirilis pada 1867, yaitu sekitar 40 tahun setelah kematian sang legendaris.

Ludwig Nohl, seorang sarjana musik Jerman, yang menemukan manuskrip itu dan dia pula yang menerbitkannya dalam 'Neue Briefe Beethovens' atau 'Surat Baru Beethoven'.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun