Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Musuh Bebuyutan

7 Mei 2024   06:54 Diperbarui: 10 Juni 2024   19:20 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo

Iri dengki Qabil itu dibaca dengan baik oleh Iblis, yang segera menghembuskan hasutan-hasutan agar Qobil benar-benar menjalankan niatnya untuk membunuh Habil. Qobil yang gelap mata itu pun akhirnya membunuh adiknya.

Setelah Habil tewas, Qabil merasa takut dan menyesal. Ia kemudian memanggul jenazah adiknya ke mana pun dia pergi selama satu tahun. Akhirnya Allah memberi petunjuk melalui dua ekor burung gagak yang bertarung sehingga salah satunya mati. Burung gagak itu menggali tanah dan memasukkan bangkai burung gagak yang mati ke dalamnya, dan kemudian menguruknya.

Qabil yang menyaksikan peristiwa itu bergumam, "Duhai celakanya aku. Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak itu?" Ia pun secepatnya menguburkan jenazah adiknya.

Dalam sebuah legenda, ada juga kisah serupa tentang dua bersaudara yang selalu bertengkar, sehingga mereka kemudian dikutuk oleh ayahnya bahwa kelak anak keturunannya akan menjadi musuh bebuyutan selamanya.

Ketika kedua orang itu punya keluarga, maka kedua keluarga itu akan menjadi musuh bebuyutan. Ketika keluarga itu memiliki banyak kerabat sampai menjadi sebuah perkampungan, maka kedua kampung itu akan menjadi musuh bebuyutan. Sampai kelak jika menjadi sebuah negara, maka kedua negara itu akan menjadi musuh bebuyutan.

Dengan demikian, apabila ada dua pihak yang selalu bertikai dan sulit untuk didamaikan, jangan-jangan mereka itu anak keturunan dari Habil dan Qobil. Habil memang tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tapi tidak demikian dengan perilaku anak keturunannya. Yang mana pihak Habil dan yang mana pihak Qobil, kita bisa melihat indikasinya dari pihak mana yang menyimpan iri dengki, nah itulah pihak Qobil.

Di atas pentas dunia dewasa ini, tampak jelas ada dua kubu yang saling baku hantam dengan sengit. Tontonan yang menarik sekaligus menegangkan. Apalagi dibumbui beraneka narasi untuk menarik simpati publik.

Banyak pihak yang ikut mendompleng pertarungan itu demi mendapat keuntungan materi. Ada yang menggalang dana untuk kepentingan kelompoknya dan ada industri yang menjadikan itu sebagai iklan gratis produk senjata mereka. Yang pasti semua sama-sama berkepentingan memelihara agar perang itu berjalan terus-menerus.

Kubu Qobil menyebut Habil 'teroris', sementara Habil menyebut Qobil sebagai Iblis Imperialis'. Mereka bertikai sambil menunggu lonceng istirahat berdentang, gencatan senjata, mengatur nafas, memulihkan stamina, lalu kembali bertikai.

Kedua kubu mengklaim perjuangan mereka adalah demi membela kebenaran. Padahal sejatinya adalah perebutan wilayah. Pertikaian yang sengaja dipelihara pula oleh para promotornya.

Para promotor paham betul bahwa kedua pihak yang bertarung itu memang hobi perang. Keduanya sama-sama menolak kompromi, sama-sama menentang keberadaan satu sama lain, dan memilih perang seperti serial drama dengan banyak episode.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun