Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Aksi Kriminal Berlabel Halal

23 April 2024   07:43 Diperbarui: 18 Juni 2024   21:13 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo


Oleh: Tri Handoyo

Suatu malam berangin kencang, dalam perjalanan pulang dari perang, rombongan Rasulullah berhenti di sebuah tempat untuk sejenak beristirahat. Ketika itu, Aisyah istri nabi turun dari tandu di atas unta untuk buang hajat. Setelah selesai dan kembali ke tempat, beliau menyadari bahwa kalungnya jatuh, sehingga beliau pun kembali untuk mencarinya.

Ketika akhirnya rombongan kembali melanjutkan perjalanan, Rasulullah tidak menyadari bahwa istrinya tidak berada di dalam tandu. Seperti biasanya, Aisyah diangkut di atas tumpangan unta yang ada tutupnya (Haudaj).

Betapa kaget Aisyah ketika sadar bahwa dirinya telah ditinggalkan rombongan, dan tidak tahu apa yang harus dilakukan, selain berharap rombongan akan kembali untuk menjemputnya.

Untungnya, tidak berselang lama, dari arah belakang tiba-tiba muncul Sahabat Shafwan bin Muathal As-Sulami. Dia memang memiliki tugas berjalan di belakang pasukan untuk menyisir kemungkinan ada barang-barang yang tertinggal.

Shafwan segera mengenali Sayidah Aisyah, dan lantas meminta Aisyah naik ke untanya, dan ia berjalan kaki sambil menuntun unta menuju Madinah.

Sayidah Aisyah berkata, "Demi Allah, Shafwan tidak mengeluarkan sepatah katapun kepadaku dan tidak kudengar ucapan apa pun darinya, selain ajakan untuk naik unta dan pulang ke Madinah!" (HR Muslim)

Begitu keduanya tiba di Madinah, situasi langsung gempar. Tersiar kabar bahwa Aisyah datang hanya berdua dengan Shafwan. Tidak sedikit orang terpapar kabar yang beredar secara samar tapi lancar.

Penyebar pertama berita dusta itu adalah Abdullah bin Ubay bin Salul. Ubay yang memiliki nama panggilan Abu Hubab, adalah orang terhormat dan terpenting di antara penduduk Yatsrib, terutama bagi suku Aus dan Khazraj. Dia pemikir handal tapi cacat moral. Pemuja agama tapi cacat etika.

Ubay alias Abu Hubab sebetulnya bercita-cita menjadi pemimpin besar, tetapi kandas, sehingga ia memendam kebencian dan dendam kepada Nabi Muhammad SAW.

Untuk melampiaskan dendam kesumatnya itu, ia tega berupaya menghancurkan rumah tangga nabi. Dengan sebar fitnah keji ia berdalih demi menjaga kehormatan nabi.

Abdullah bin Ubay berkata, "Demi Allah, tentu ia (Aisyah RA) tidak selamat darinya (Shafwan), dan ia (Shafwan) tentu tidak selamat darinya (Aisyah) juga. Istri nabimu bermalam dengan seorang laki-laki sampai pagi hari."

Orang-orang munafik pun percaya dengan hasutan Ubay. Ia meracik berbagai bumbu untuk menggiring opini agar lebih sedap seperti, "Aisyah pulang berdua bersama Shafwan, si pemuda tampan rupawan serta menjadi kepercayaan Muhammad?"

Nyaris semua penduduk Madinah termakan oleh hasutan itu. Nabi Muhammad SAW pun akhirnya sampai ikut goyah, hingga Beliau bertanya langsung kepada Aisyah tentang desas-desus itu.

Suasana di Madinah tidak lagi tenang. Sayidah Aisyah sampai jatuh sakit dan akhirnya minta ijin kepada Nabi agar sementara waktu pulang ke rumah ayahnya, Sayidina Abu Bakar.

Wahyu yang diharapkan dari Allah pun tak kunjung turun. Hampir selama sebulan suasana penuh curiga menjadi semakin merajalela.

Dua cendikiawan besar dalam bidang hadis, yang kitabnya secara validitas dan akurasi berada di bawah Al-Qur'an, yakni Imam Bukhari dan Imam Muslim, mengabadikan timbulnya berita dusta tersebut dengan istilah Haditsul Ifki. Haditsul ifki adalah suatu perkataan, pembicaraan atau informasi yang disampaikan tidak sesuai fakta atau dengan kata lain berita dusta.

Sampailah suatu hari, wahyu Allah yang dinanti-nanti turun, menyatakan bahwa Aisyah tidak berbuat apa-apa dengan Shafwan, dan kesuciannya terpelihara dengan sempurna.

Allah mengawali wahyu tentang kebohongan berita dengan dengan firman-Nya yang artinya,

"Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga..." (An Nur : 11)

Di ujung ayat itu, Allah menegaskan ancaman kepada penyebar berita dusta,

"... Dan siapa di antara mereka yang mengambil bagian yang terbesar dalam penyiaran berita dusta itu, baginya azab yang besar pula."

Allah juga memberi ancaman Azab pedih bagi orang yang senang menyebarkan berita bohong.

"Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang amat pedih di dunia dan di akhirat." (An Nur : 19)

Apakah orang-orang munafik akan merasa takut dengan ancaman Allah, sepertinya tidak. Dewasa ini orang-orang munafik malahan memproduksi, merancang, mendistribusikan, haditsul ifki dengan demikian canggih dan sepenuh hati.

Tak jarang proyek hoax itu melibatkan pemikir handal, tapi cacat moral. Pengajar agama, tapi cacat etika. Dalam kemasan indah agama, aksi kriminal pun berlabel halal. Tentu halal yang abal-abal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun