Antara rajin membaca dan kemampuan menulis itu sangat erat kaitannya. Seringkali itu disadari belakangan oleh mereka yang memiliki hobi membaca buku. Kebanyakan penulis besar adalah pembaca buku yang baik.
Imam Ghazali berpesan, "Jika anda bukan anak seorang raja, atau anak seorang ulama besar, maka menulislah."
Sementara Ali bin Abi Thalib memberi nasehat, "Semua penulis akan meninggal, hanya karyanyalah yang akan abadi sepanjang masa. Maka tulislah yang akan membahagiakan dirimu di akhirat nanti."
Nilai hakiki manusia bukan terletak pada soal seberapa jauh tangan dan kaki melalang buana. Tidak pula ditentukan oleh seberapa banyak telinga dan mata mengembara. Bukan itu, melainkan ditentukan oleh hati dan pikiran yang dituangkan dalam wujud karya nyata.
Ya begitulah. Jejak manusia akan dikenang lantaran segala keyakinan, cita-cita dan mimpinya terekam dalam karya tulis. Dengan karyanya itu sang penulis bakal menjelma menjadi sosok abadi dan transeden, bukan sekedar seonggok tulang dan daging yang diberi nama atau gelar. Karya tulis itulah nilai hakiki seorang manusia.
Namun demikian, tidak banyak orang yang menyadari bahwa semua itu diawali dari sebuah perintah 'iqra', perintah mulia yang pertama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H