Oleh: Tri Handoyo
Pak Kaji Ableh sangat terkenal di desa sebagai orang terkaya. Ia punya beberapa usaha yang sudah mapan. Khususnya di bidang peternakan dan pertanian. Ada peternakan sapi, peternakan kambing, dan peternakan ayam. Jangan tanya soal pertanian, karena separuh lahan persawahan di desa adalah miliknya.
Setiap hari kegiatannya hanya tinggal memantau para anak buahnya cukup melalui ponsel. Ia keliling ke tempat usahanya sebulan sekali, hanya untuk menyelesaikan pembayaran upah bagi para pekerja.
Pagi itu Kaji Ableh, begitu orang biasa memanggil, tengah menemui guru spiritualnya. "Mohon maaf, Pak Kyai, saya mau konsultasi!"
"Tumben pagi-pagi!" sahut Pak Kyai, "Ya silakan, konsultasi soal apa, Ji?"
"Begini Pak Kyai!"
"Ya..?" Pak Kyai menunggu sambil menyeruput kopi jahe di depannya, "Ya ngomong saja seperti biasanya. Kok kelihatannya kamu jadi pemalu sekarang!"
"Saya sebetulnya minta ijin mau menikah lagi?" ungkap Kaji Ableh terus terang.
"Lho.., memangnya ada apa dengan keempat istrimu? Kok mau nambah lagi?" tanya Pak Kyai penasaran.
"Mereka sbetulnya baik-baik saja. Cuma semalam pas saya giliran ke istri ke empat, dia sedang datang bulan. Terus saya pergi ke istri pertama, ternyata dia kurang enak badan, karena masuk angin. Dia juga mengaku sudah menopause. Akhirnya saya meluncur ke istri ke dua, sialnya dia juga lagi haid. Saya langsung meluncur ke istri ketiga, tapi dia juga mengaku kecapekan, karena baru kemarin mendapat giliran."
"Terus.., mau nambah istri lagi? Kamu kan tahu aturannya hanya boleh empat?"
"Saya akan menceraikan istri yang pertama. Oleh karena itu saya butuh nambah satu istri lagi Pak Kyai! Jadi pas empat. Daripada saya 'jajan'! Dosa besar kan, Pak Kyai?"
Pak Kyai menghela nafas panjang. "Apa menurutmu itu solusi terbaik?"
"Iya sih! Maaf lho Pak Kyai!"
 "Kamu tahu syaratnya harus mampu berbuat adil. Apa kamu yakin kamu bisa berbuat adil dengan semua istri-istri mu?"
"Adil, Pak Kyai. Saya jamin. Saya membelikan istri saya masing-masing rumah dan mobil dengan harga yang sama. Saya memberikan uang belanja setiap bulan sama, masing-masing 5 juta. Coba, kurang adil bagaimana Pak Kyai?"
"Adil itu bukan pada sisi materi saja, Ji!" Pak Kyai tampak geleng-geleng kepala. "Apa keputusanmu untuk menikah lagi itu sudah benar-benar final?"
"Iya, Pak Kyai. Kecuali Pak Kyai punya obat untuk mengurangi dorongan libido saya! Apa mungkin saya ini hipersex ya!"
"Iya ada obatnya!" Pak Kyai tahu kenapa nafsu Kaji Ableh begitu tinggi, karena pikirannya hanya berkutat pada persoalan selangkangan. "Kamu tahu kenapa orang-orang barat menuduh Rasulullah itu hipersex, karena perilaku umatnya yang cenderung ingin poligami demi bisa selalu memuaskan syahwat sexnya, tapi kemudian mencari pembenaran dengan berdalih ini sunah rasul! Mengumbar syahwat tapi berkedok di balik ajaran rasul!"
"Maaf. Terus saya harus bagaimana Pak Kyai!"
"Kamu mau mengikuti saran saya? Ini obat untuk mengatasi problemmu itu!"
"Baik Pak Kyai!" jawab orang terkaya itu tanpa berpikir panjang lagi. "Siaaap!"
"Besok coba kamu berpuasa. Terus pagi-pagi jalan-jalan keliling kampung. Perhatikan kehidupan para tetanggamu. Ajak mereka ngobrol. Barangkali ada persoalan mereka yang bisa kamu bantu untuk diselesaikan!"
 Kaji Ableh menarik nafas panjang.
"Setelah dhuhur," Pak Kyai melanjutkan nasehatnya, "Pergilah ke panti asuhan. Perhatikan kehidupan anak-anak di sana. Barangkali ada sesuatu yang mereka butuhkan, bantulah. Ajak mereka bercanda dan bermain barang sejenak."
"Sudah Pak Kyai?"
"Belum. Saat ashar, pergilah ke panti jompo. Perhatikan kehidupan para lansia yang tinggal menanti ajal tiba. Di usia senja itu mereka sangat kesepian. Temanilah mereka sejenak!"
Kaji Ableh terlihat mulai kehilangan gairah dan berharap gurunya itu menyelesaikan nasehat secepatnya. Duduknya setengah melorot di kursi yang tidak nyaman itu.
"Setelah magrib, habiskan waktu untuk iktikaf di masjid sampai datangnya isya'."
'Ha.., masih ada lagi?' batin Kaji Ableh tak menyangka sedikitpun akan menerima resep obat seberat itu.
"Lakukan itu selama sebulan saja, aku jamin dorongan libidomu akan jauh berkurang dan penyakit hipersexmu pasti sembuh!"
"Ya ampun sebulan? Mana tahan, Pak Kyai!!!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H