Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mana Tahan

5 April 2024   21:36 Diperbarui: 23 Juni 2024   07:56 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Saya akan menceraikan istri yang pertama. Oleh karena itu saya butuh nambah satu istri lagi Pak Kyai! Jadi pas empat. Daripada saya 'jajan'! Dosa besar kan, Pak Kyai?"

Pak Kyai menghela nafas panjang. "Apa menurutmu itu solusi terbaik?"

"Iya sih! Maaf lho Pak Kyai!"

 "Kamu tahu syaratnya harus mampu berbuat adil. Apa kamu yakin kamu bisa berbuat adil dengan semua istri-istri mu?"

"Adil, Pak Kyai. Saya jamin. Saya membelikan istri saya masing-masing rumah dan mobil dengan harga yang sama. Saya memberikan uang belanja setiap bulan sama, masing-masing 5 juta. Coba, kurang adil bagaimana Pak Kyai?"

"Adil itu bukan pada sisi materi saja, Ji!" Pak Kyai tampak geleng-geleng kepala. "Apa keputusanmu untuk menikah lagi itu sudah benar-benar final?"

"Iya, Pak Kyai. Kecuali Pak Kyai punya obat untuk mengurangi dorongan libido saya! Apa mungkin saya ini hipersex ya!"

"Iya ada obatnya!" Pak Kyai tahu kenapa nafsu Kaji Ableh begitu tinggi, karena pikirannya hanya berkutat pada persoalan selangkangan. "Kamu tahu kenapa orang-orang barat menuduh Rasulullah itu hipersex, karena perilaku umatnya yang cenderung ingin poligami demi bisa selalu memuaskan syahwat sexnya, tapi kemudian mencari pembenaran dengan berdalih ini sunah rasul! Mengumbar syahwat tapi berkedok di balik ajaran rasul!"

"Maaf. Terus saya harus bagaimana Pak Kyai!"

"Kamu mau mengikuti saran saya? Ini obat untuk mengatasi problemmu itu!"

"Baik Pak Kyai!" jawab orang terkaya itu tanpa berpikir panjang lagi. "Siaaap!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun