Mohon tunggu...
krisnaldo Triguswinri
krisnaldo Triguswinri Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Lahir di Jambi, Sumatra, pada 24 Oktober 1996. Menempuh pendidikan pascasarjana di Daparteman Administrasi Publik, Universitas Diponegoro, Semarang. Memiliki ketertarikan pada bidang kajian filsafat politik, kebijakan publik, ekonomi-politik, feminisme, dan gerakan sosial. Mengagumi para pemikir The New Left: dari Alain Badiou, Michel Foucault hingga Slavoj Zizek.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Album Velvet Underground dan Budaya Populer

4 Maret 2022   11:25 Diperbarui: 4 Maret 2022   11:35 1096
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.cultura.id/wp-content/uploads/2021/07/The-Velvet-Underground-and-Nico.jpg

Andy Warhol adalah seorang seniman yang menginisiasi lahirnya gerakan Pop Art. Karya-karyanya mengeksplorasi hubungan antara ekspresi artistik, periklanan (citra) dan budaya selebriti. Selain sebagai seniman komersil dan industrialis, Andy Warhol menyebut studio tempat di mana ia biasa melukis sebagai pabrik.

Maka tak heran bila ia menkomodifikasi hampir pelbagai hal yang memiliki nilai ekonomis sebagai basis produksi karya-karyanya. Di pabrik tempat di mana Andy Warhol menghabiskan waktunya berkesenian dan berpesta, juga menjadi tempat berkumpulnya orang-orang terkemuka: intelektual borjuis, selebriti Hollywood, kolektor dan pembisnis. Hal tersebut pula yang menginspirasi The Velvet Underground dalam berkarya.

Oleh karena itu, melihat irisasn antara Velvet Underground, Andy Warhol dan Vaclav Havel serta revolusi di Cekoslovakia, membuat saya pada sebuah kesimpulan akademik: “Tidak ada Marx dan Lenin hari ini. Panjang umur budaya populer!”

Dalam sebuah catatan, Rafi Dafari, menyebut bahwa album The Velvet Underground dan Nico bahkan mengilhami musisi seperti David Bowie, Strokes, Sonic Youth, Joy Division hingga Sex Pistol. Menurut keterangan Bowie, tidak akan ada album “The Rise and Fall of Ziggy Stardust and the Spiders From Mars” tanpa profetiknya album Velvet Underground & Nico. Pun bila ingin sedikit glorifikatif, aku ingin menuduh: tidak akan ada Velvet Revolution tanpa Velvet Underground.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun