Andy Warhol adalah seorang seniman yang menginisiasi lahirnya gerakan Pop Art. Karya-karyanya mengeksplorasi hubungan antara ekspresi artistik, periklanan (citra) dan budaya selebriti. Selain sebagai seniman komersil dan industrialis, Andy Warhol menyebut studio tempat di mana ia biasa melukis sebagai pabrik.
Maka tak heran bila ia menkomodifikasi hampir pelbagai hal yang memiliki nilai ekonomis sebagai basis produksi karya-karyanya. Di pabrik tempat di mana Andy Warhol menghabiskan waktunya berkesenian dan berpesta, juga menjadi tempat berkumpulnya orang-orang terkemuka: intelektual borjuis, selebriti Hollywood, kolektor dan pembisnis. Hal tersebut pula yang menginspirasi The Velvet Underground dalam berkarya.
Oleh karena itu, melihat irisasn antara Velvet Underground, Andy Warhol dan Vaclav Havel serta revolusi di Cekoslovakia, membuat saya pada sebuah kesimpulan akademik: “Tidak ada Marx dan Lenin hari ini. Panjang umur budaya populer!”
Dalam sebuah catatan, Rafi Dafari, menyebut bahwa album The Velvet Underground dan Nico bahkan mengilhami musisi seperti David Bowie, Strokes, Sonic Youth, Joy Division hingga Sex Pistol. Menurut keterangan Bowie, tidak akan ada album “The Rise and Fall of Ziggy Stardust and the Spiders From Mars” tanpa profetiknya album Velvet Underground & Nico. Pun bila ingin sedikit glorifikatif, aku ingin menuduh: tidak akan ada Velvet Revolution tanpa Velvet Underground.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H