Hosabi Kasidi 84 -- Sembuh dan Sabat
Jumlah orang bodoh dan  picik bukannya berkurang tetapi terus bertambah. Jika pernyataan ini benar kata Kasidi maka prihatin adalah kata yang tepat untuk digunakan. Dulu, bodoh dan picik adalah hal yang sering dikecam oleh Tuhan. Lalu bagaimana dengan sekarang? Sama saja. Dua hal ini tetap harus dikecam karena jumlah 'pengikutnya' terus saja bertambah dan realitanya memang makin banyak.
Dikutip dari sebuah web ada catatan berikut tentang picik atau pikiran sempit atau pikiran kecil. Pikiran kecil kata lainnya adalah picik. Tak luas pemikirannya. Berdasarkan ketiga kelompok pikiran itu, kata Eleanor Roosevelt, "First Lady" dan kolumnis dari Amerika Serikat (1884-1962), "Pikiran besar mendiskusikan gagasan; pikiran rata-rata membahas kejadian; pikiran kerdil membicarakan orang."
Jadi jika ada orang bisanya hanya 'ngrasani' orang maka hampir dipastikan pikirannya kecil dan sempit atau picik. Lalu apakah Tuhan pernah menggunakan kata picik? Tidak pernah tetapi kata bodoh sering. Â Ayo ditengok sejenak catatan tentang Tuhan yang menyembuhkan banyak orang pada hari Sabat, hari yang bagi orang Yahudi dan agama Yahudi dianggap sakral dan merupakan harinya Allah.
'Sesudah itu ada hari raya orang Yahudi, danTuhan  berangkat ke Yerusalem. Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; ada lima serambinya dan di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit: orang-orang buta, orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh, yang menantikan goncangan air kolam itu.Â
Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air itu; barangsiapa yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah goncangan air itu, menjadi sembuh, apa pun juga penyakitnya.Â
Di situ ada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit. Â Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: "Maukah engkau sembuh?" Jawab orang sakit itu kepada-Nya: "Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku."Â
Kata Tuhan kepadanya: "Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah." Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan. Tetapi hari itu hari Sabat. Karena itu orang-orang Yahudi berkata kepada orang yang baru sembuh itu: "Hari ini hari Sabat dan tidak boleh engkau memikul tilammu." Akan tetapi ia menjawab mereka: "Orang yang telah menyembuhkan aku, Dia yang mengatakan kepadaku: Angkatlah tilammu dan berjalanlah."'
'Mereka bertanya kepadanya: "Siapakah orang itu yang berkata kepadamu: Angkatlah tilammu dan berjalanlah?" Tetapi orang yang baru sembuh itu tidak tahu siapa orang itu, sebab Tuhan telah menghilang ke tengah-tengah orang banyak di tempat itu. Kemudian Tuhan bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya: "Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk."Â
Orang itu keluar, lalu menceriterakan kepada orang-orang Yahudi, bahwa Tuhanlah yang telah menyembuhkan dia. Dan karena itu orang-orang Yahudi berusaha menganiaya Tuhan, karena Ia melakukan hal-hal itu pada hari Sabat. Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga."Â
Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah.'
Alasan Tuhan menyembuhkan banyak orang pada hari Sabat jelas, alasan orang Yahudi membenci dan ingin membunuh Tuhan juga jelas. Alasan Tuhan adalah alasan yang sangat dalam dan sangat luas, alasan semesta raya kata Kasidi, alasan orang Yahudi memang jelas tetapi sempit dan dangkal, alasan yang picik.Â
Berkat karunia, kerendahan hati dan kemurahan hati boleh dan harus dilakukan kapan saja termasuk pada hari Sabat. Itulah Bapa, itulah Tuhan. Mana ada berkat dan karunia dihentikan pada hari tertentu? Hanya orang bodoh dan picik yang berpikiran demikian. Salah seorang murid Tuhan, walau dia juga sering ngawur, menyatakan hal ini dengan apik.
'Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh. Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah. Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja!'
Bagaimana, tanya Kasidi, masih mau bodoh dan picik? Ayo mencoba berpikiran luas seperti Tuhan yang luas pikirannya didasarkan pada berkat karunia kemurahan hati yang terus memancar tanpa henti. (sda/tbs-30062024-hvk84-087853451949) Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H