Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah.'
Alasan Tuhan menyembuhkan banyak orang pada hari Sabat jelas, alasan orang Yahudi membenci dan ingin membunuh Tuhan juga jelas. Alasan Tuhan adalah alasan yang sangat dalam dan sangat luas, alasan semesta raya kata Kasidi, alasan orang Yahudi memang jelas tetapi sempit dan dangkal, alasan yang picik.Â
Berkat karunia, kerendahan hati dan kemurahan hati boleh dan harus dilakukan kapan saja termasuk pada hari Sabat. Itulah Bapa, itulah Tuhan. Mana ada berkat dan karunia dihentikan pada hari tertentu? Hanya orang bodoh dan picik yang berpikiran demikian. Salah seorang murid Tuhan, walau dia juga sering ngawur, menyatakan hal ini dengan apik.
'Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh. Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah. Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja!'
Bagaimana, tanya Kasidi, masih mau bodoh dan picik? Ayo mencoba berpikiran luas seperti Tuhan yang luas pikirannya didasarkan pada berkat karunia kemurahan hati yang terus memancar tanpa henti. (sda/tbs-30062024-hvk84-087853451949) Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H