Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hosabi versi Kasidi 44 - Tuhan Pun Mengutuk

3 Juni 2024   07:20 Diperbarui: 3 Juni 2024   07:51 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hosabi versi Kasidi 44 -- Tuhan pun Mengutuk

          Semua Sabda Tuhan haruslah diwartakan. Tidak boleh hanya yang menyenangkan atau hanya yang disuka yang disebarkan dan diwartakan tetapi sudah seharusnya semua tentang Tuhan dan SabdaNya haruslah terus menerus disebarkan. Apakah Sabda itu menyejukkan dan menimbulkan harapan dan menggelorakan semangat tetapi semua Sabda yang mengguncangkan iman, menciutkan nyali, bahkan yang membuat jiwa tidak tenang, haruslah juga diwartakan karena itulah perintah Tuhan. 

Jangan memanipulasi, jangan merekayasa, jangan mengubah, jangan juga menggunakan Sabda Tuhan untuk tipu-tipu. Wartakan semua Sabda Tuhan dengan semangat dan apa adanya. Jangan dilebihkan juga jangan dikurangkan.

          Berkaitan dengan 'Tuhan pun mengutuk', judul hosabi ini, ada baiknya jika ditilik dulu catatan yang dibuat dengan indahnya oleh Yakobus tentang lndah. Tulisan ini bagus sekali, tepat dan nyaris akurat, analogi yang digunakan tentang lidah. Supaya dapat dirasapi dengan pas, catatan tersebut akan dikutipkan agak lengkap.

          'Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapa pun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar.  Lidah pun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka.  

Semua jenis binatang liar, burung-burung, serta binatang-binatang menjalar dan binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan telah dijinakkan oleh sifat manusia,tetapi tidak seorang pun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan. Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk.

Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi.  Adakah sumber memancarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama?  Saudara-saudaraku, adakah pohon ara dapat menghasilkan buah zaitun dan adakah pokok anggur dapat menghasilkan buah ara? Demikian juga mata air asin tidak dapat mengeluarkan air tawar.'

Meskipun ilmu pengetahuan menunjukkan untuk berbicara diperlukan apa yang dinamakan 'organ of speech' secara lengkap dan tidak hanya lidah tetapi tanpa lidah hampir dapat dipastikan sulit berbicara. Yakobus mengibaratkan lidah itu seperti api yang tidak hanya dapat membakar tubuh tetapi juga dapat membakar segalanya, hanya sayangnya apinya diambil dari neraka. 

Wah kan repot jika apa yang dikatakan oleh Yakobus benar mutlak padahal kenyataannya Tuhan pun menggunakan lidahnya untuk mengutuk, entah mengutuk benda dan barang atau mengutuk manusia. Lalu apakah lidah Tuhan yang seperti api berkobar itu apinya diambil dari neraka? Tentu saja tidak. Apinya dari sorga dan kutukan yang diucapkan justru untuk memuliakan Bapanya. Hebat, bukan?

Simak kisah berikut yang dicatat oleh seorang penulis: 'Dan dari jauh Ia melihat pohon ara yang sudah berdaun. Ia mendekatinya untuk melihat kalau-kalau Ia mendapat apa-apa pada pohon itu. Tetapi waktu Ia tiba di situ, Ia tidak mendapat apa-apa selain daun-daun saja, sebab memang bukan musim buah ara. Maka kata-Nya kepada pohon itu: "Jangan lagi seorang pun makan buahmu selama-lamanya!" Dan murid-murid-Nya pun mendengarnya.

Pagi-pagi ketika Tuhan dan murid-murid-Nya lewat, mereka melihat pohon ara tadi sudah kering sampai ke akar-akarnya. Maka teringatlah Petrus akan apa yang telah terjadi, lalu ia berkata kepada Yesus: "Rabi, lihatlah, pohon ara yang Kaukutuk itu sudah kering."  

Tuhan memang tidak menggunaksn kata 'mengutuk atau kutukan' secara langsung dan tersurat tetapi salah seorang muridNya yang menggunakan kata itu, dan Kasidi sepakat bahwa Tuhan waktu itu memang mengutuk. Lanjutan dari catatan itulah yang menarik karena dari peristiwa 'mengutuk' itu, Tuhan melanjutkan dengan: 'Percayalah kepada Allah', percayalah kepada Bapa. Benar-benar bukan main, bukan?

Kemudian Tuhan juga pernah dicatat ketika benar-benar menggunakan kata mengutuk dan yang dikutuk adalah manusia, adalah kita yang tidak menjalankan perintah utama Tuhan yaitu mengasihi sesama.

'Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku.

Lalu mereka pun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku.'

Bagaimana, masih ada yang meragukan bahwa mereka yang melanggar Sabda Tuhan akan dikutuk dan kutukannya benar-benar dahsyat dan mengguncangkan iman serta menciutkan nyali? Jangan pernah meragukan apa yang dikatakan Tuhan. Semua Sabda Tuhan tidak ada yang ngawur, semuanya benar, termasuk juga kutukanNya. (sda/tbs-03062024-hvk44-087853451949)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun