"Tetapi ...."
"Tetapi apa lagi, pak! Buka saja kopor itu, nanti akan kita ketahui siapa dan apa maksud sebenarnya si pemilik kopor!"
"Kopor ini kelihatannya terkunci, pak," kata pak Karjo lagi. "Kan sayang kalau harus dirusak untuk membukanya?"
"Benar juga," kata kepala stasiun lirih, "si pemberi kopor ini tentu tidak ingin kalau kopornya dirusak, bukan? Hanya saja mengapa dia tidak memberikan kuncinya sekalian?"
Kalimat terakhir ini seperti ditujukan pada diri sendiri. Kemudian secara tiba-tiba ia bertanya pada pak Karjo: "Di mana pak Karjo temukan kopor ini?"
Pak Karjo gelagapan mendapat pertanyaan tiba-tiba ini.
"Di bawah bangku deretan nomer tiga di ruang tunggu, pak," katanya sedikit tergagap.
"Ah, mungkin saja kunci kopor diletakkan tidak jauh dari sana! Ayo ke sana sekarang dan kita cari kunci itu. Saya yakin orang itu tentu menyertakan kunci kopornya sekalian!"
Pak Karjo mengangguk. "Kita coba saja, pak!"
Kedua orang ini kemudian keluar bersama-sama.
Dugaan kepala stasiun ternyata tepat sekali bahkan dialah yang menemukan kunci itu diletakkan di kaki kursi paling ujung.