Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Kontemporer: Kopor Misterius

4 Maret 2021   12:16 Diperbarui: 4 Maret 2021   12:23 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pixels.com/featured/old-train-station-pati-pelz.html

"Ehm, tentang pengangkatan menjadi pegawai negeri, ya?"

"Ya, pak!" angguk pak Karjo.

"Sayang sekali, belum ada kabar pak Karjo! Kerja orang orang pusat kadang memang lamban tetapi pak Karjo tidak usah terlalu khawatir, saya yakin pada suatu ketika nanti, surat pengangkatan itu akhirnya akan datang juga."

"Mudah-mudahan begitu, pak," kata pak Karjo lirih, "saya memang sangat mengharapkan surat pengangkatan itu pak! Karena bagi orang seperti saya ini, ke mana lagi akan menggantungkan hidup di hari tua nanti, kalau tidak pada pemerintah?"

"Saya mengerti," kata kepala stasiun sambil mengangguk angguk. "Mudah-mudahan tidak terlalu lama lagi impian pak Karjo akan menjadi kenyataan. Sebentar lagi saya akan pulang pak, apakah pak Karjo masih tetap di sini atau akan pulang juga?"

"Saya masih akan tetap di sini dulu, pak. Kalau bapak mau pulang, saya permisi mau ke luar dulu pak," kata pak Karjo paham bahwa waktu berbicara sudah habis.

"Silahkan pak," kata kepala stasiun.

Setelah sekali lagi mengangguk, pak Karjo berdiri dan meninggalkan kursinya lalu melangkah keluar.

Di luar, terutama di ruang tunggu, keadaan lengang. Tak seorang pun ada di sana. Pak Karjo meneruskan langkahnya menuju ke bangku di deretan kedua, mau beristirahat sambil tidur-tiduran di sana. Entah mengapa ia segan kembali ke rumah, sekali pun sebenarnya tidak ada pekerjaan baginya, sudah selesai semua.

Ketika pak Karjo meletakkan pantatnya dan bersiap-siap membaringkan tubuh, matanya tertumbuk pada sebuah kopor hitam terletak mendatar di bawah bangku deretan ketiga. Eh, siapa pemilik koper ini, desis pak Karjo dalam hati. Sekali lagi pak Karjo melongok ke kanan dan ke kiri, tetapi memang tak ada seorang pun di pelataran stasiun maupun di ruang tunggu.

Tentu ada orang yang kopernya tertinggal di sini, piker pak Karjo dalam hati. Setelah beberapa saat berpikir, pak Karjo meneruskan maksudnya untuk berbaring tanpa ada keinginan menyentuh kopor hitam itu. Ia memutuskan beristirahat sambil menunggu kembalinya si pemilik kopor. Beberapa saat kemudian dilihatnya kepala stasiun keluar dari kantornya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun