Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Kontemporer: Kopor Misterius

4 Maret 2021   12:16 Diperbarui: 4 Maret 2021   12:23 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pixels.com/featured/old-train-station-pati-pelz.html

Dari masa lampau pak Karjo berganti membayangan masa depan. Pak Karjo tidak tahu apa masa depan cerah atau masa depan suram itu, tetapi secara naluriah dia tahu bahwa masa depannya akan terasa cerah jika ia mau berpikir seperti itu. Dengan berpikir sederhana seperti ini sebenarnya pak Karjo telah memberi contoh bagi banyak orang, bagaimana seharusnya memandang masa depan. Masa depan bagi pak Karjo tak ubahnya seperti selembar kertas kosong. Tergantung pada masing-masing pribadi bagaimana mengisinya. Kalau kertas itu diisi dengan cerita-cerita bahagia, maka kelak akan terbaca hal-hal yang bahagia, tetapi kalau diisi hanya dengan hal-hal surang dan penuh keragu-raguan belaka, maka tidak dapat diragukan lagi jika kelak yang akan terbaca adalah hal-hal yang suram.

Pak Karjo mungkin akan terus melamun jika pengeras suara stasiun tidak mengumumkan kedatangan kereta api. Hmm, pekerjaan baru untukku, gumam pak Karjo dalam hati. Pak Karjo tidak salah jika bergumam seperti itu karena para penumpang yang baru turun biasanya banyak membuang sampah  di pelataran stasiun.

Tiga menit kemudian kereta masuk. Stasiun yang semula sepi sekarang riuh kembali. Sepi baru kembali setelah kereta berangkat meneruskan perjalanannya dan orang-orang yang turun sudah meninggalkan stasiun. Sekarang pak Karjo mulai menyapu lagi. Selesai menyapu, pak Karjo kembali berpikir tentang permohonannya. Bayangan akan mendapat pensiun di hari tua sangat menggodanya. Sekali pun sampai saat ini pak Karjo masih bujangan tetapi jaminan kehidupan di hari tua tetap sangat ia dambakan.

Kepala stasiun tentu masih berada di kantornya, kata pak Karjo pada dirinya sendiri. Kapan lagi kalau tidak sekarang, pak Karjo memompa keberaniannya. Baiklah, sekarang juga akan kutemui dia, tekad pak Karjo akhirnya. Yang pertama dikerjakan adalah mengembalikan sapu pada tempatnya. Baru setelah itu dia melangkah ke arah kantor kepala stasiun. Di pintu masuk pak Karjo berhenti sejenak kemudian mengetuk pintu.

"Siapa? Masuk!" terdengar suara kepala stasiun dari dalam.

"Saya Karjo, pak!" kata pak Karjo sambil melangkah masuk.

"Oh, pak Karjo! Silahkan, pak! Ada keperluan?" kata kepala stasiun dengan senyum mengembang di bibir.

"Ya pak, saya ada perlu!" kata pak Karjo dengan suara rendah.

"Silahkan duduk dulu, pak," kata kepala stasiun sekali lagi menyilahkan sambil tangannya menunjuk kursi di depannya.

Sedikit ragu-ragu tetapi akhirnya pak Karjo duduk juga.

"Begini pak!" katanya setelah duduk, "tentang permohonan saya yang dulu. Apakah sudah ada kabarnya?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun