"Haruskah kita siarkan tanda bahaya, Kapten? Juga posisi lintasan?" tanya Nakhoda II. Nakhoda I bimbang. Jika menyiarkan keadaan ini sekarang dan kemudian ternyata persoalan bisa diatasi, maka masa depan Arjuna Tiga akan suram. Pemilik minyak dan gas pasti segan mengirim minyak dan gas mereka dengan kapal yang sering rewel. Tetapi jika dia merahasiakan keadaan ini, bahaya yang mengancam tidak  terkira besarnya. Tabrakan hebat dapat terjadi setiap saat.
Nakhoda I menyandar ke kursinya dengan kening berkerut dalam-dalam. Bintik-bintik keringat bermunculan di wajahnya. Ruang dingin ber AC tidak mampu menyembunyikan ketegangan. Sekaranglah kemampuannya benar-benar diuji. Dua pilihan keputusan yang tersedia sama-sama tidak ada yang baik bagi dirinya. Laporan dari kamar mesin.
"Kapten, kami sekarang berusaha menutup kran bahan bakar. Tetapi sialnya kran ini juga dikendalikan dengan komputer. Kami mendapat kesulitan besar memutar krannya. Memotong pipa saluran bahan bakar tidak berani dilakukan, karena pompa distribusi bahan bakar bergabung dengan mesin induk. Kami khawatir terjadi semburan hebat dan kebakaran dapat terjadi jika kami nekad melakukan."
"Lakukan apa saja, aku tidak perduli!" kata Nakhoda I. "Yang penting  kapal ini harus segera dihentikan! Kalau tidak bencana dan neraka ..."
Kapten tidak meneruskan kata-katanya. Tetapi semua orang paham apa kelanjutannya. Begitu juga dengan Perwira Kamar Mesin. Kembali ruang kendali sunyi. Yang terdengar cumalah dengung mesin. Sebuah dengungan maut. Nakhoda I kembali tenggelam dalam kebimbangan hebat. Mengumumkan atau tidak, itulah pertanyaan yang berpusing hebat di kepalanya? Sekarang atau nanti?
Ahli komputer kapal terus sibuk dengan usaha memperbaiki komputer yang tidak berfungsi. Petugas lintasan kembali menyerahkan kertas laporan. Tanpa banyak bicara Nakhoda I menerimanya, memperhatikan sejenak dan wajahnya semakin pias seiring dengan bergetarnya tubuh.
"Sebuah kapal perang tepat berada dalam lintasan. Dalam waktu lima menit kita akan menghantamnya!" kata Nakhoda I dengan suara gemetar. "Kirim pesan ke kapal perang. Aku ingin berbicara dengan komandannya!"
"Siap, Kapten!" jawab Perwira Komunikasi.
Lima detik kemudian, Perwira Komunikasi melapor.
"Hubungan sudah diterima, Kapten. Komandan KRI Bhaskara siap menerima Anda!" Nakhoda I mengangguk dan segera berbicara lewat saluran komunikasi.
"Di sini Nakhoda kapal tanker Arjuna Tiga ingin berbicara dengan Komandan KRI Bhaskara."