Nakhoda I mengangguk dan bertepuk tangan sebagai isyarat. Semua orang di ruang kendali diam dan mengarahkan perhatian pada Nakhoda I.
"Mohon perhatian saudara-saudara," begitu Nakhoda I memulai kata-katanya. "Tiba waktunya memulai tugas. Menurut jadwal dan perintah yang saya terima, Arjuna Tiga mendapat kehormatan mengangkut sepuluh juta ton gas alam cair dari pangkalan pengisian nomer 8 ke Jepang. Sekarang juga kita akan berangkat. Kita akan mencoba kemampuan mesin kapal ini dengan berlayar pada kecepatan maksimum. Mungkin belum banyak di antara saudara-saudara yang pernah naik jetfoil. Nah, sekaranglah saudara akan merasakan hal itu. Hanya jetfoil kita kali ini adalah sebuah tanker super raksasa yang pernah dibuat oleh manusia. Saudara sekalian akan merasakan bagaimana raksasa ini berlayar dengan kecepatan jetfoil."
Semua yang hadir di ruang kendali berdecak kagum. Nakhoda I pun tidak berusaha menyembuyikan kebanggaan dan kekagumannya.
"Bagaimana saudara? Siap menikmati pelayaran luar biasa ini?".
"Siap, Kapten!" jawab mereka hampir serempak.
"Bagus! Saudara saya beri waktu dua menit untuk kembali ke pos masing-masing. Tepat dua menit lagi pelayaran luar biasa dimulai!"
"Hidup Arjuna Tiga ... Hidup Indonesia ...!" para awak kapal Arjuna Tiga berteriak sambil bergegas kembali ke tempat tugas masing-masing.
Nakhoda I memperhatikan itu semua dengan hati berbunga-bunga. Nakhoda II bergerak mendekat dan berkata pelan.
"Mereka tampak gembira dan bersemangat sekali, Kapten!"
Nakhoda I mengangguk sambil melangkah ke kursi tugasnya yang dirancang khusus mirip kursi para astronot. Nakhoda II juga segera kembali ke posisinya. Sementara para awak di ruang kendali serba modern dan canggih itu siap melaksanakan perintah Kapten.
"Satu menit lagi," kata Nakhoda I sambil melirik arloji emasnya.