PENDAHULUAN
Pencitraan medis adalah penggunaan berbagai teknik untuk membuat representasi visual bagian dalam tubuh. Teknik-teknik tersebut antara lain sinar-x, CT (computed tomography), MRI (magnetic resonance imaging), dan ultrasonografi. Setiap teknik memiliki manfaat dan keterbatasannya masing-masing, dan teknik yang tepat untuk kasus tertentu bergantung pada indikasi klinis, karakteristik pasien, dan ketersediaan peralatan.
Pencitraan sinar-X adalah teknik pencitraan medis yang menggunakan radiasi pengion untuk menghasilkan gambar bagian dalam tubuh. Ini biasanya digunakan untuk evaluasi sistem kerangka, serta untuk mendeteksi kelainan tertentu di dada, perut, dan area tubuh lainnya. Pencitraan sinar-X cepat, tersedia secara luas, dan relatif murah dibandingkan dengan teknik pencitraan medis lainnya. Namun, kemampuannya terbatas untuk memvisualisasikan jaringan lunak dan jenis kelainan tertentu, dan membawa risiko kecil bahaya akibat radiasi.
Cervical spine adalah daerah paling atas dari tulang belakang, terdiri dari tujuh tulang belakang yang menopang kepala dan leher. Ini adalah struktur yang kompleks dan dinamis yang memungkinkan berbagai gerakan, sekaligus memberikan stabilitas dan perlindungan untuk sumsum tulang belakang dan struktur lainnya. Tulang belakang leher rentan terhadap cedera dan degenerasi karena lokasi dan fungsinya, dan kondisi yang mempengaruhi daerah ini dapat berdampak signifikan pada kesehatan dan kualitas hidup seseorang.
Pencitraan cervical spine adalah alat penting untuk diagnosis dan pengelolaan kondisi yang mempengaruhi wilayah ini. Ada berbagai teknik pencitraan dan sudut proyeksi yang dapat digunakan untuk memvisualisasikan tulang belakang leher, masing-masing dengan manfaat dan keterbatasannya sendiri. Teknik yang tepat untuk kasus tertentu bergantung pada indikasi klinis, karakteristik pasien, dan ketersediaan peralatan.
Jenis pemeriksaan ini biasanya diindikasikan untuk evaluasi cervical spine, termasuk penilaian keselarasan tulang belakang, identifikasi kelainan atau cedera, dan panduan keputusan pengobatan. Mungkin diminta oleh dokter untuk berbagai alasan, seperti untuk menyelidiki nyeri leher, untuk menilai efek dari cedera atau pembedahan sebelumnya, atau untuk memantau perkembangan suatu kondisi.
Sebelum pemeriksaan, pasien harus disarankan untuk melepas perhiasan atau benda logam lainnya yang dapat mengganggu pancaran sinar-x. Tergantung pada indikasi klinis tertentu, pasien mungkin juga diminta untuk memakai apron untuk melindungi bagian tubuh tertentu dari paparan radiasi.
Tabung x-ray harus diposisikan di sebelah kanan tubuh pasien, dengan sinar pusat diarahkan ke tulang belakang leher dari sudut miring posterior. Tabung harus dimiringkan 15 ke arah tengkorak untuk memungkinkan visualisasi yang tepat dari struktur tulang belakang. Parameter paparan harus dipilih secara hati-hati berdasarkan ukuran dan ketebalan pasien, wilayah anatomi yang dicitrakan, dan kualitas gambar yang diinginkan.
Seperti prosedur pencitraan medis lainnya, pemeriksaan cervical oblique memiliki keterbatasan tertentu. Ini mungkin termasuk interferensi dari benda logam, gerakan pasien, dan adanya kondisi tertentu yang dapat memengaruhi kualitas gambar. Selain itu, penggunaan radiasi membawa risiko kecil bahaya akibat radiasi, meskipun risiko ini umumnya dianggap rendah bila prosedur dilakukan oleh profesional terlatih dengan menggunakan langkah-langkah keamanan yang sesuai.
Menurut Bontrager (2010), Pemeriksaan cervical dengan posisi Oblique menggunakan central ray sebesar 15 cranial berfungsi agar dapat memvisualisasi foramen intervertebralis dengan lebih jelas sehingga dapat lebih membantu untuk menegakkan diagnosis. Foramen intervertebralis ini penting diperlihatkan untuk menilai adanya penyempitan yang dikarenakan adanya penekanan dari saraf tersebut. Ukuran lebar pada foramen intervertebralis perlu diperhatikan untuk menilai adanya patologi yang disebabkan osteofit. Osteofit merupakan kerusakan tulang rawan yang merangsang pertumbuhan tulang baru di dalam sendi yang disebabkan oleh proses degenerasi tulang. Apabila tumbuh osteofit lebih dari sepertiga bagian di satu sisi foramen intervertebralis akan menyebabkan peregangan terhadap radiks saraf. Oleh karena itu perlu diketahui ukuran lebar foramen intervertebralis agar lebih detail dalam menilai adanya patologi pada pasien.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Ruang Praktikum Radiografi Rumah Sakit Khusus Infeksi (RSKI) Universitas Airlangga Surabaya. Dalam penelitian ini, populasi penelitian diambil dari keseluruhan percobaan expose dengan pemeriksaan cervical yang diperiksa menggunakan teknik radiografi cervical left posterior oblique. Sampel yang digunakan adalah pasien cervical right posterior oblique dengan klinis cervical root syndrome kooperatif. Persiapan alat yang akan digunakan dalam penelitian secara lengkap, sehingga pemeriksaan dapat dilakukan dengan lancar. Dalam penelitian ini alat yang digunakan sebagai penunjang pemeriksaan meliputi:. Sinar-X, Kaset (Computer Radiography Image Plate), Image plate reader. Variabel Penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu berbentuk apa saja yang ditetapkan untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian dapat ditarik kesimpulan. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik pemeriksaan radiografi cervical RPO (Right posterior oblique) dengan arah sinar 15o chepalad dan tegak lurus pada kasus cervical root syndrome (CRS). Analisis data dimulai dari hasil observasi atau pengamatan secara langsung terhadap jalannya pemeriksaan cervical dengan klinis cervical root syndrome (CRS).. Selain observasi data juga diperoleh melalui pengumpulan data berupa surat permintaan, foto hasil radiograf beserta hasil bacaan dengan dokumentasi selanjutnya wawancara dengan radiografer dan dokter radiologi. Selanjutnya peneliti mengkaji dari data-data yang dikumpulkan dengan literatur untuk membahas permasalahan yang ada sehingga dapat ditarik kesimpulan dari data yang dikumpulkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemeriksaan miring posterior servikal kiri adalah prosedur pencitraan medis yang digunakan untuk menilai leher dan tulang belakang. Ini melibatkan pengambilan gambar sinar-X leher dari sudut tertentu, dengan sinar sinar-X diarahkan tegak lurus ke bidang tubuh pasien dan miring 15 ke atas ke arah kepala.
Proyeksi miring posterior kiri adalah variasi dari proyeksi lateral, yang diambil dari samping pasien. Proyeksi miring posterior kiri diambil dari belakang pasien di sisi kiri dengan sudut miring. Sudut ini memungkinkan visualisasi tulang belakang leher, termasuk tulang belakang, cakram intervertebralis, serta otot dan ligamen di sekitarnya.
Jenis pemeriksaan ini sering digunakan untuk mendiagnosis patah tulang, perubahan degeneratif, dan kelainan lain pada leher dan tulang belakang. Ini juga dapat digunakan untuk memantau kemajuan pengobatan untuk kondisi ini.
Secara keseluruhan, pemeriksaan miring kiri posterior serviks merupakan alat penting untuk mengevaluasi leher dan tulang belakang dan untuk mengidentifikasi dan mengobati berbagai kondisi yang dapat mempengaruhi struktur ini.
Â
REFERENSI
- An Introduction to Techniques and Applications (3rd edition) by J. Anthony Seibert and Elizabeth A. Krupinski.
- Fundamentals, Industrial Techniques, and Applications (2nd edition) by David L. Carroll.
- The Cervical Spine (4th edition) by Richard G. Fessler, David W. Polly, and Vincent J. Devlin.
- Cervical Spine Imaging: A Practical Approach (2nd edition) by Jeffrey A. Kleeman and Francis W. Smith.
- "Imaging of the cervical spine: Indications and limitations" by S.M. Rothman and D.S. Cho.
- "Patient preparation for x-ray imaging" by P.C. Johnson and J.M. Boone.
- "Technical considerations for cervical spine imaging" by D.S. Cho and S.M. Rothman.
"X-ray imaging phantoms: A review" by P.C. Johnson and J.M. Boon
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H