Hasil bioprospeksi adalah sebagai dukungan pengelolaan hutan lindung. Melalui nilai yang tinggi hutan lindung dari segi ekonomi produknya akan mermanfaat sebagai insentif untuk konservasi dan masyarakat.
Saat ini sebanyak 120 jenis tumbuhan pakan orangutan telah dianalisis senyawa kimianya dan selanjutnya telah discreening 56 jenis sebagai fokus pengembangan. Satu jenis yang potensial adalah Macarangan conifera yang secara scientific bukti evikasi, dari etnofarmakologi telah diketahui sebagai bahan skinscreen.
Model Pengelolaan Landskape
Wiratno, Anggota Dewan Pengawas YKAN, menyatakan bahwa Wehea Kelay adalah model sebagai pengelolaan landscape. Sebagai sebuah lokasi sekolah lapangan untuk belajar paket lengkap, mulai dari keanekaragaman hayati, bioprospeksi, model RIIL, forest production, dan sosial budaya masyarakat terlibat dalam pengelolaan.
Leadership dalam pengelolaan adalah Policy intervention dengan pelibatan berbagai stakeholder dan non konfrontasi. Wiratno yang juga adalah mantan Dirjen KSDAE, Kementerian LHK juga menambahkan bahwa dalam usaha bisnis harus beretika, dimana peran local wisdom perlu ada apresiasi dengan baik.
Pengelolaan Wehea-Kelay sudah mengerucut ke values, inovasi (kebaruan, kemanfaatan, kemudahan direplikasi), berlaku ke lanskape, jenis dan genetik. Hibrid antara local knowledge dan scientific modern. Manusia adalah sebagai pembawa risalah, khalifah dan rahmatan lil alamin, ungkap Wiratno.
Menurut Niel Makinudin, Senior Manager YKAN Kalimantan Timur, terdapat tiga hal mendasar dalam pengelolaan Lanskape Wehea-Kelay, yaitu:
1. Komitmen berkolaborasi dari parapihak dalam deklarasi forum pengelolaan bentang alam Wehea-Kelay.
2. Menggunakan pemikiran dan dasar ilmiah yang digunakan sebagai alasan kuat dan obyektif bagi para stakeholder untuk Bersama mengelola Wehea-Kelay.
3. Bentang alam yang multifungsi landscape sehingga diperlukan pengelolaan secara berjamaah. Bisa memberikan inspirasi bagi pihak lain untuk diduplikasi.
Pengelolaan Landskape sebagai Keniscayaan