- Pemilihan Bahan: Kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) dipilih karena daya tahan dan simbolisme spiritualnya. Pemilihan bahan sering disertai doa dan persembahan untuk meminta izin kepada roh penjaga hutan.
- Ritual Awal: Sebelum proses pembuatan dimulai, seorang pemahat sering mengadakan ritual untuk memohon perlindungan dan inspirasi dari roh nenek moyang.
- Teknik Pemahatan: Patung dibuat dengan teknik sederhana menggunakan alat tradisional seperti pahat dan parang. Meskipun demikian, detail ukiran menunjukkan keterampilan luar biasa para pengrajin.
- Penggunaan Pewarna Alami: Biasanya perwarnaa dilakukan pada gambaran atau ukiran sebagai aksesoris di rumah adat. Warna pada patung dan ukiran ornamen sering diperoleh dari bahan alami seperti getah pohon, tanah, dan tanaman, menciptakan estetika yang menyatu dengan alam.
Fungsi Patung dalam Kehidupan Masyarakat Dayak
Patung memiliki makna spiritual yang mendalam dalam budaya Dayak. Fungsi utamanya adalah sebagai perantara dengan dunia roh dan leluhur.
- Sebagai Media Pemanggilan Roh
Dalam kepercayaan Dayak, roh nenek moyang dianggap sebagai pelindung dan pembimbing. Patung yang dibuat untuk menghormati mereka sering ditempatkan di rumah panjang (lamin) atau di lokasi-lokasi keramat seperti kuburan.
- Patung Penolak Bencana
Beberapa patung dibuat untuk menolak roh jahat atau penyakit. Patung ini ditempatkan di pintu masuk desa atau rumah sebagai penjaga spiritual.
- Ritual Kematian
Dalam upacara kematian, patung sering digunakan untuk menghormati arwah orang yang telah meninggal. Patung ini kadang menggambarkan sosok orang yang wafat, melambangkan bahwa roh mereka tetap hadir dalam komunitas.
Selain fungsi spiritual, patung juga memainkan peran penting dalam kehidupan sosial masyarakat Dayak.