Dampak ketidaksesuaian lingkungan adalah gangguan perilaku, penurunan fungsi fisiologis (seperti metabolisme atau reproduksi), penyakit kronis akibat paparan lingkungan yang tidak sesuai, dan stres berkepanjangan yang memengaruhi sistem imun, membuat mereka rentan terhadap berbagai penyakit.
Stres dan Gangguan Psikologis
Satwa liar adalah makhluk hidup yang telah berevolusi untuk beradaptasi dengan habitat dan interaksi sosial tertentu dalam ekosistemnya. Ketika mereka dipelihara di lingkungan buatan, mereka sering mengalami stres yang mendalam akibat ketidaksesuaian dengan kondisi alamiah mereka.
Stres ini dapat memicu gangguan psikologis serius, yang pada akhirnya memengaruhi kesehatan fisik, perilaku, dan kesejahteraan mereka secara keseluruhan.
Stres yang tidak teratasi dapat berkembang menjadi gangguan psikologis yang parah. Berikut adalah beberapa manifestasi yang umum terlihat pada satwa liar di kendang pemeliharaan:
- Stress dapat menimbulkan perilaku stereotipe. Stereotipi adalah perilaku yang berulang-ulang dan tidak memiliki fungsi nyata, seperti mondar-mandir, menggigit kandang, atau mecabuti rambut.
Contoh: Gajah yang menggoyangkan kepala bolak-balik di kebun binatang sering menunjukkan tanda-tanda stres kronis akibat kurangnya stimulasi atau ruang gerak.
- Perilaku Agresif, satwa liar yang tertekan dapat menjadi agresif terhadap manusia atau satwa lain. Ini adalah respons alami terhadap perasaan terancam atau frustrasi.
Contoh: Ular yang merasa stres sering kali menyerang tanpa provokasi nyata karena merasa terpojok di ruang yang sempit.
- Apati atau Ketidakpedulian, beberapa satwa liar menunjukkan respons sebaliknya berupa apati, di mana mereka tampak tidak peduli terhadap lingkungan sekitar. Ini sering dianggap sebagai tanda "penyerahan diri" terhadap situasi stres.
Contoh: Singa di penangkaran yang hanya tidur sepanjang hari dan tidak menunjukkan minat pada lingkungannya.
- Gangguan Reproduksi, stres kronis dapat menghambat reproduksi pada satwa liar, baik melalui penurunan hormon reproduksi maupun hilangnya minat kawin.
Contoh: Burung eksotis seperti kakatua sering kali gagal bertelur atau tidak merawat anak mereka ketika stres.
Stres dan gangguan psikologis adalah bukti nyata bahwa satwa liar tidak cocok dipelihara. Lingkungan buatan tidak dapat menggantikan habitat alami mereka, baik dalam hal ruang, interaksi sosial, maupun kesempatan menjalankan perilaku alami. Oleh karena itu, satwa liar sebaiknya dibiarkan hidup bebas di alam, tempat mereka dapat menjalani hidup yang sesuai dengan kodrat mereka.