Mohon tunggu...
Tri Atmoko
Tri Atmoko Mohon Tunggu... Ilmuwan - Peneliti Satwa Liar

Pengalaman menelusuri hutan, berbagai pengetahuan alam dan satwa liar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengembalikan Marwah Guru Sebagai yang "Digugu lan Ditiru"

22 November 2024   07:00 Diperbarui: 22 November 2024   08:11 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi guru yang sedang mengajar pada anak didiknya (Sumber: generated by chatgpt.com)

Guru adalah lentera peradaban, penjaga api ilmu yang menerangi jalan generasi menuju kemajuan. Dalam bisikan lembut kata-katanya, tersemat benih-benih harapan yang tumbuh menjadi pohon kokoh bernama masa depan. Dalam tiap langkahnya, guru memahat sejarah bangsa, menjadikan pendidikan sebagai tameng kebodohan dan jembatan menuju kejayaan. Tanpa guru, mimpi sebuah bangsa hanyalah bayang-bayang; dengan guru, mimpi itu menjelma menjadi kenyataan.

Di masa lalu, seorang guru adalah sosok sentral dalam kehidupan masyarakat. Ia tidak hanya menjadi sumber ilmu, tetapi juga menjadi teladan dalam perilaku dan moral. Ungkapan dalam Bahasa Jawa "guru digugu lan ditiru" mencerminkan penghormatan dan kepercayaan masyarakat terhadap figur seorang pendidik. Guru adalah panutan yang digugu (dipercaya) kata-katanya dan ditiru (dicontoh) tindakannya.

Namun, zaman telah berubah. Di era modern ini, peran guru sering kali tereduksi menjadi sekadar pengajar mata pelajaran. Derasnya arus teknologi, tekanan administratif, dan perubahan nilai sosial telah menjadikan guru kurang dihormati dibandingkan sebelumnya.

Guru di Masa Lalu: Pilar Pendidik dalam Masyarakat

Di masa lalu, guru tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan tetapi juga membentuk karakter. Proses pendidikan bukan sekadar transfer ilmu, melainkan pembentukan kepribadian yang dilakukan melalui keteladanan, nasihat bijak, dan kedekatan emosional.

Keteladanan Guru adalah sebagai Kunci. Guru di masa lalu sering menjadi figur moral di tengah masyarakat. Mereka dikenal sebagai pribadi yang jujur, bijaksana, dan adil. Peran ini tidak hanya berlaku di dalam kelas tetapi juga dalam kehidupan bermasyarakat. Kata-kata guru menjadi "titah" yang dihormati, dan tindakannya dianggap sebagai standar kebaikan.

Bahkan saat guru sudah pensiun-pun masyarakat tetap menganggapnya sebagai guru. Hal tersebut terlihat dari sapaannya yang tetap menggunakan sapaan "Pak Guru" atau "Mbah Guru".

Pada masa lalu pengaruh guru dalam kehidupan siswa sangat kuat. Dalam ekosistem pendidikan yang sederhana, guru adalah sumber ilmu utama. Tidak ada internet, video tutorial, atau media sosial yang mengalihkan perhatian siswa.

Hubungan antara guru dan siswa dibangun di atas kepercayaan dan penghormatan. Guru mengenal siswanya secara personal, sehingga proses belajar menjadi lebih bermakna.

Tantangan dan Degradasi Fungsi Guru di Zaman Modern

Seiring perkembangan zaman, peran guru mengalami perubahan drastis. Banyak faktor yang memengaruhi degradasi fungsi guru, baik dari sisi internal profesi maupun eksternal.

Guru modern dibebani oleh berbagai tugas administratif yang kerap mengurangi fokus mereka pada pembelajaran. Laporan, target, dan evaluasi berbasis angka sering kali menjadi prioritas dibandingkan hubungan personal dengan siswa. Guru berubah menjadi operator sistem pendidikan, kehilangan ruang untuk menginspirasi dan menjadi teladan.

Kemajuan teknologi memberikan akses informasi yang melimpah kepada siswa. Hal ini membuat guru bukan lagi satu-satunya sumber ilmu. Dalam kondisi ini, siswa cenderung lebih percaya pada "guru virtual" seperti Google atau YouTube daripada gurunya sendiri. Ketergantungan pada teknologi juga melemahkan interaksi personal antara guru dan siswa.

Nilai-nilai sosial masyarakat yang mengutamakan materi dan status membuat penghormatan kepada guru semakin luntur. Profesi guru dianggap kurang menjanjikan dibandingkan pekerjaan lain yang menawarkan penghasilan lebih tinggi. Akibatnya, pandangan masyarakat terhadap profesi ini menjadi kurang mulia.

Tidak semua guru mampu beradaptasi dengan perubahan zaman. Ada guru yang masih menggunakan metode konvensional yang kurang relevan dengan kebutuhan generasi digital. Sebaliknya, siswa yang tumbuh dalam dunia serba cepat sering kali memiliki ekspektasi tinggi terhadap pendekatan pengajaran yang interaktif dan inovatif.

Dampak Degradasi Fungsi Guru

Degradasi fungsi guru berdampak langsung pada kualitas pendidikan. Tanpa figur guru yang dihormati dan diteladani, siswa kehilangan arah dalam pembentukan karakter. Pendidikan hanya menjadi proses mekanis tanpa dimensi moral.

Jika guru tidak lagi menjadi teladan, siapa yang akan membimbing generasi muda? Dalam banyak kasus, anak-anak belajar dari media sosial yang penuh konten negatif. Kurangnya figur inspiratif membuat moral dan etika generasi muda menjadi semakin rapuh.

Degradasi fungsi guru juga memengaruhi martabat profesi ini. Guru yang kehilangan penghormatan dari siswa dan masyarakat cenderung kehilangan motivasi untuk memberikan yang terbaik. Hal ini menciptakan lingkaran setan yang merugikan pendidikan secara keseluruhan.

Mengembalikan Marwah Guru

Mengembalikan marwah guru sebagai yang "digugu lan ditiru" membutuhkan upaya kolektif dari berbagai pihak: pemerintah, masyarakat, guru itu sendiri, dan siswa. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil:

1. Revitalisasi Pendidikan Guru

Pendidikan guru harus diperkuat agar mereka memiliki kompetensi pedagogik, moral, dan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan zaman. Guru perlu dipersiapkan untuk menjadi pengajar yang inspiratif sekaligus teladan yang baik.

2. Mengurangi Beban Administratif

Pemerintah dan institusi pendidikan harus mengurangi tekanan administratif pada guru. Dengan begitu, mereka dapat lebih fokus pada proses pembelajaran dan pembinaan karakter siswa.

3. Memanfaatkan Teknologi secara Bijak

Guru perlu belajar memanfaatkan teknologi sebagai alat bantu, bukan sebagai pengganti. Dengan menggunakan teknologi secara kreatif, guru dapat menghadirkan pembelajaran yang menarik dan relevan bagi siswa.

4. Meningkatkan Kesejahteraan Guru

Untuk memulihkan martabat profesi guru, kesejahteraan mereka harus diperhatikan. Gaji yang layak, fasilitas kerja yang memadai, dan penghargaan atas prestasi dapat meningkatkan motivasi dan kualitas kerja guru.

5. Mengembalikan Nilai-Nilai Sosial

Masyarakat perlu diajak untuk kembali menghormati profesi guru. Kampanye kesadaran tentang pentingnya peran guru dalam membentuk masa depan bangsa dapat dilakukan melalui berbagai media.

6. Membangun Hubungan Personal dengan Siswa

Guru harus berupaya membangun hubungan personal dengan siswa. Dengan memahami kebutuhan dan potensi masing-masing siswa, guru dapat memberikan pengajaran yang lebih bermakna.

Perbaikan Sistem Jalan Menuju Perubahan

Guru adalah fondasi pendidikan dan pembentuk karakter generasi muda. Ungkapan "digugu lan ditiru" harus kembali menjadi prinsip utama dalam profesi guru. Meski tantangan zaman modern tidak mudah, kita harus berjuang untuk mengembalikan marwah guru.

Kunci keberhasilan terletak pada kemauan bersama untuk memperbaiki sistem pendidikan, mengapresiasi guru, dan membangun kembali nilai-nilai moral di masyarakat. Dengan demikian, guru dapat kembali menjadi sosok yang dihormati, dipercaya, dan diteladani oleh semua generasi.

Tidak ada bangsa yang bisa maju tanpa guru yang berkualitas. Perubahan harus dimulai dari sekarang, dengan memberikan perhatian khusus pada profesi yang mulia ini. Mari bersama-sama mengembalikan guru pada tempat yang seharusnya: sebagai inspirasi, pembimbing, dan pahlawan tanpa tanda jasa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun