Seiring perkembangan zaman, peran guru mengalami perubahan drastis. Banyak faktor yang memengaruhi degradasi fungsi guru, baik dari sisi internal profesi maupun eksternal.
Guru modern dibebani oleh berbagai tugas administratif yang kerap mengurangi fokus mereka pada pembelajaran. Laporan, target, dan evaluasi berbasis angka sering kali menjadi prioritas dibandingkan hubungan personal dengan siswa. Guru berubah menjadi operator sistem pendidikan, kehilangan ruang untuk menginspirasi dan menjadi teladan.
Kemajuan teknologi memberikan akses informasi yang melimpah kepada siswa. Hal ini membuat guru bukan lagi satu-satunya sumber ilmu. Dalam kondisi ini, siswa cenderung lebih percaya pada "guru virtual" seperti Google atau YouTube daripada gurunya sendiri. Ketergantungan pada teknologi juga melemahkan interaksi personal antara guru dan siswa.
Nilai-nilai sosial masyarakat yang mengutamakan materi dan status membuat penghormatan kepada guru semakin luntur. Profesi guru dianggap kurang menjanjikan dibandingkan pekerjaan lain yang menawarkan penghasilan lebih tinggi. Akibatnya, pandangan masyarakat terhadap profesi ini menjadi kurang mulia.
Tidak semua guru mampu beradaptasi dengan perubahan zaman. Ada guru yang masih menggunakan metode konvensional yang kurang relevan dengan kebutuhan generasi digital. Sebaliknya, siswa yang tumbuh dalam dunia serba cepat sering kali memiliki ekspektasi tinggi terhadap pendekatan pengajaran yang interaktif dan inovatif.
Dampak Degradasi Fungsi Guru
Degradasi fungsi guru berdampak langsung pada kualitas pendidikan. Tanpa figur guru yang dihormati dan diteladani, siswa kehilangan arah dalam pembentukan karakter. Pendidikan hanya menjadi proses mekanis tanpa dimensi moral.
Jika guru tidak lagi menjadi teladan, siapa yang akan membimbing generasi muda? Dalam banyak kasus, anak-anak belajar dari media sosial yang penuh konten negatif. Kurangnya figur inspiratif membuat moral dan etika generasi muda menjadi semakin rapuh.
Degradasi fungsi guru juga memengaruhi martabat profesi ini. Guru yang kehilangan penghormatan dari siswa dan masyarakat cenderung kehilangan motivasi untuk memberikan yang terbaik. Hal ini menciptakan lingkaran setan yang merugikan pendidikan secara keseluruhan.
Mengembalikan Marwah Guru
Mengembalikan marwah guru sebagai yang "digugu lan ditiru" membutuhkan upaya kolektif dari berbagai pihak: pemerintah, masyarakat, guru itu sendiri, dan siswa. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil: