Pulau Penyengat di Kepulauan Riau adalah harta karun sejarah yang tak ternilai bagi masyarakat Melayu. Di pulau kecil ini, tidak hanya berdiri Masjid Sultan Riau yang megah, tetapi juga peninggalan pertahanan kolonial yang terkenal, yaitu Benteng Bukit Kursi. Benteng Bukit Kursi adalah situs yang harus dihargai dan dipertahankan keberadaannya. Benteng ini merupakan simbol dari perlawanan bangsa Melayu terhadap kolonialisme dan strategi pertahanan Kesultanan Riau-Lingga pada abad ke-19. Di puncak bukit, sejarah dan alam berpadu memberikan pengalaman yang mengesankan bagi para pengunjung.
Sejarah Benteng Bukit Kursi
Benteng Bukit Kursi dibangun pada awal abad ke-19 sebagai bagian dari sistem pertahanan Kesultanan Riau-Lingga. Dalam masa itu, wilayah Kepulauan Riau merupakan pusat kebudayaan dan perdagangan Melayu, sekaligus pusat kekuasaan Kesultanan Riau-Lingga. Kesultanan ini merupakan kekuatan besar yang terusik oleh kehadiran kekuatan kolonial Belanda, yang berusaha menguasai wilayah strategis ini demi kepentingan perdagangan dan militernya.
Benteng ini dibangun di titik tertinggi Pulau Penyengat agar memiliki pandangan yang luas dan tidak terhalang ke perairan di sekitarnya; sehingga segala bentuk ancaman dari kapal-kapal kolonial dapat terlihat dengan jelas. Bukit Kursi menjadi benteng terakhir Kesultanan Riau dalam mempertahankan diri dari serangan kolonial, dan juga menjadi simbol keteguhan serta perlawanan bangsa Melayu dalam mempertahankan kedaulatan wilayah mereka. Dalam catatan sejarah, benteng ini bahkan digunakan sebagai pos observasi untuk memantau aktivitas laut dan sebagai tempat perlindungan masyarakat saat terjadi konflik.
Kondisi Benteng di Puncak Bukit Kursi
Benteng Bukit Kursi yang terletak di puncak bukit memang tidak sebesar benteng-benteng batu yang ada di pulau-pulau lain, tetapi sisa-sisa benteng ini tetap memancarkan aura sejarah yang kuat. Setelah mendaki melalui jalur setapak yang cukup menanjak, pengunjung akan menemukan reruntuhan benteng yang masih cukup kokoh. Dinding-dinding parit dari susunan batu dengan formasi sederhana memperlihatkan keteguhan konstruksi asli yang sebagian besar dibangun dari batu-batu yang diambil langsung dari wilayah sekitar.
Di sekitar benteng ini, terdapat beberapa bekas pondasi bangunan serta tempat observasi yang digunakan para prajurit untuk mengawasi pergerakan kapal-kapal musuh. Kondisinya memang tidak sempurna, namun bukti-bukti keberadaan benteng ini masih terlihat. Selain itu, pada empat penjuru terdapat juga meriam kuno yang menghadap langsung ke laut sebagai pengingat bahwa tempat ini pernah menjadi pertahanan strategis bagi Kesultanan Riau-Lingga. Dari logi yang terpahat pada meriam, nampak bahwa meriam itu adalah peninggalan pada zaman VOC.
Pemandangan di puncak Bukit Kursi adalah salah satu daya tarik utama. Dari ketinggian, pengunjung dapat menikmati pemandangan laut biru dan gugusan pulau di sekitar Penyengat. Perpaduan antara keindahan alam dan kekuatan sejarah ini membuat kunjungan ke Bukit Kursi menjadi pengalaman yang sangat berkesan.
Cara Menuju Benteng Bukit Kursi
Untuk mencapai Benteng Bukit Kursi, perjalanan dimulai dengan menyeberang dari Tanjung Pinang menuju Pulau Penyengat. Perjalanan ini memakan waktu sekitar 15 menit menggunakan perahu motor tradisional yang disebut "pompong." Sesampainya di Pulau Penyengat, pengunjung bisa menggunakan becak motor atau berjalan kaki menuju area bukit. Jalan setapak menuju bukit berada di sisi selatan pulau, di mana sebuah papan penanda akan mengarahkan pengunjung ke jalur pendakian.
Pendakian ke Bukit Kursi sendiri tidak terlalu sulit, namun membutuhkan stamina yang cukup, terutama saat menaiki jalur yang cukup curam. Di sepanjang jalan, kita akan menemui pohon-pohon rindang yang memberikan kesejukan serta suasana alam yang alami. Meski medannya sedikit menantang, banyak pengunjung menganggap perjalanan ini sebagai bagian dari pengalaman yang membuat mereka lebih menghayati nilai sejarah benteng.
Makna dan Pelajaran dari Benteng Bukit Kursi
Benteng Bukit Kursi di Pulau Penyengat adalah lebih dari sekadar situs sejarah. Ia adalah simbol dari semangat perlawanan, strategi cerdik, dan keteguhan bangsa Melayu dalam mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan wilayahnya. Kisah perjuangan di balik benteng ini juga mengajarkan bahwa mempertahankan budaya, agama, dan kemerdekaan membutuhkan keberanian dan kerja sama yang solid.
Dalam konteks masa kini, keberadaan Benteng Bukit Kursi mengingatkan kita, terutama masyarakat Kepulauan Riau, bahwa kita memiliki sejarah yang kaya dan penting untuk dijaga. Benteng ini bukan sekadar tempat wisata, melainkan warisan yang wajib kita hargai dan pelajari. Bagi generasi muda, benteng ini adalah inspirasi tentang pentingnya keteguhan dan kecintaan terhadap tanah air.
Kunjungan ke Benteng Bukit Kursi di Pulau Penyengat adalah perjalanan yang menghubungkan kita dengan masa lalu. Benteng ini adalah saksi dari kejayaan Kesultanan Riau-Lingga dan tekad bangsa Melayu dalam menghadapi tantangan kolonialisme. Melalui perjalanan ini, kita tidak hanya merasakan keindahan alam dan keunikan arsitektur, tetapi juga menghidupkan kembali semangat perlawanan dan kebanggaan akan warisan sejarah bangsa. Semoga Benteng Bukit Kursi tetap terjaga, menjadi sumber inspirasi, dan menjadi pengingat abadi tentang pentingnya mempertahankan jati diri dan nilai-nilai luhur bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H