Salah satu harta yang paling bernilai di Masjid Sultan Riau adalah Al-Qur'an tulisan tangan yang disimpan dengan baik. Al-Qur'an ini dipercaya ditulis oleh seorang ulama setempat yang sangat ahli dalam kaligrafi.Â
Keunikan Al-Qur'an ini terletak pada kerapiannya dan keselarasan dalam setiap goresan ayat yang tertulis dengan tinta hitam dan merah.Â
Selain berfungsi sebagai kitab suci, Al-Qur'an ini adalah simbol dari dedikasi umat Islam Melayu dalam menjaga dan menghormati kalam Allah.
Terdapat dua al-Quran tulisan tangan, salah satunya dipajang di masjid Sultan Riau. Al-Quran tersebut merupakan hasil goresan tangan Abdulrahman Stambul, seorang warga Penyengat yang dikirim oleh Kerajaan Lingga ke Mesir untuk memperdalam agama Islam.Â
Sekembalinya dari Mesir beliau menjadi guru agama dan terkenal dengan "khat" gaya Istambul. Al-Quran tesebut diselesaikan Beliau pada tahun 1867.
Keberadaan Al-Qur'an tulisan tangan ini menunjukkan bahwa Pulau Penyengat tidak hanya menjadi pusat ibadah, tetapi juga pusat intelektual Islam pada masanya.Â
Sebagai warisan budaya yang sangat berharga, Al-Qur'an ini menjadi daya tarik utama bagi para peneliti, sejarawan, dan umat Islam dari berbagai penjuru.
Refleksi Makna Masjid Sultan Riau Bagi Generasi Kini
Masjid Sultan Riau di Pulau Penyengat bukan sekadar tempat ibadah, melainkan warisan sejarah yang menghubungkan kita dengan masa kejayaan Islam di Nusantara.Â
Dengan kunjungan ke tempat ini, generasi kini bisa memahami bahwa Islam di Indonesia memiliki sejarah panjang yang dipenuhi perjuangan, kreativitas, dan komitmen yang kuat untuk menegakkan agama dan budaya.Â
Masjid ini juga menjadi pengingat bahwa Islam dan budaya lokal bisa berakulturasi secara harmonis tanpa menghilangkan identitas masing-masing.