Mohon tunggu...
Tri Atmoko
Tri Atmoko Mohon Tunggu... Ilmuwan - Peneliti Satwa Liar

Pengalaman menelusuri hutan, berbagai pengetahuan alam dan satwa liar.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Rel, Penumpang, dan Cerita: Kereta Api Kini dan Tempoe Doeloe

30 Oktober 2024   14:57 Diperbarui: 30 Oktober 2024   15:24 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini, perjalanan kereta api menawarkan pengalaman yang benar-benar berbeda dibandingkan beberapa tahun yang lalu. Perkembangan infrastruktur dan teknologi yang semakin maju membuat kereta api semakin nyaman dan efisien sebagai alat transportasi.

Banyak kereta yang dilengkapi dengan fasilitas modern seperti AC, kursi lebih ergonomis, dan colokan listrik di setiap kursi. Selain itu, aplikasi online dan mesin penjual tiket di stasiun memudahkan pembelian tiket sehingga menghilangkan antrean panjang penumpang. Gunakan kartu elektronik atau kode QR Anda saat check-in untuk menjadikan perjalanan Anda lebih efisien.

Selain nyaman, kereta juga lebih tepat waktu. Manajemen dan penjadwalan yang terstruktur dapat meminimalkan penundaan kereta api bahkan di beberapa jalur kereta berkecepatan tinggi.

Pengelolaan stasiun dan kereta api untuk memastikan keamanan dan kebersihan, sehingga memberikan ketenangan pikiran bagi penumpang, terutama selama musim liburan ketika jumlah penumpang meningkat.

Selain itu, beberapa stasiun kereta api besar dilengkapi dengan fasilitas seperti area bermain anak, ruang menyusui, dan akses bagi penyandang disabilitas, menjadikan perjalanan kereta api lebih inklusif untuk berbagai kelompok masyarakat.

Meskipun terdapat kemajuan yang signifikan, masih terdapat tantangan yang perlu diatasi. Beberapa jalur kereta api di daerah terpencil masih memerlukan perbaikan agar lebih aman dan cepat.

Kepadatan penumpang pada jam-jam sibuk juga menjadi permasalahan yang berdampak pada kenyamanan beberapa jalur perkotaan. Tantangan lainnya adalah mempertahankan kualitas layanan yang baik meskipun jumlah penumpang terus meningkat dari tahun ke tahun. Namun secara keseluruhan, bepergian dengan kereta api telah menjadi pengalaman yang lebih nyaman, aman, dan praktis bagi banyak orang di Indonesia.

Namun tentunya banyak juga yang pernah mengalami naik kereta api pada masa lalu, tentu suasanya sangat jauh berbeda. Misalnya pengalaman penulis saat naik kereta api rute Malang-Blitar-Tulungagung di era 1990-an memang penuh cerita yang tak terlupakan. Tiket kereta waktu itu murah, tapi tidak semua orang membeli. Kalau tidak punya tiket, banyak penumpang yang pintar menghindari petugas. Begitu melihat kondektur datang dari ujung gerbong, ada saja yang langsung bergerak cepat---entah masuk ke toilet atau beralih ke gerbong lain. Di toilet, penuh sesak orang yang sembunyi. Suara derak rel dan bau khas gerbong yang sudah usang jadi bagian dari pengalaman. Ketika pemeriksaan selesai, semua orang yang sembunyi pun keluar lagi seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Pengelaman seperti itu diamali penulis sendiri pada kurun waktu 1996-1999. Saat itu sepekan sekali penulis mengikuti lomba lintas alam di daerah Blitar, Tulungagung dan Malang. Saat itu uang saku anak kos Tingkat SMA masih sangat terbatas. Jadi ya. perjalanannya nyari yang illegal alias gratisan. Baru saat ini penulis sadari, tidak menyangka pernah melakukan hal itu.

Kereta ekonomi memang penuh orang, dan tak jarang banyak yang berdiri berdesakan, berpegangan di pintu kereta yang selalu terbuka. Pemandangan ini memang jadi khas kereta api jaman dulu. Melaju di atas rel yang berkelok dan sedikit bergoyang, sambil berdiri di pintu kereta, sensasinya serasa beda, apalagi saat mendekati terowongan di Blitar yang cukup panjang.

Semua penumpang, terutama anak-anak, menunggu momen terowongan ini. Begitu masuk, suasana jadi gelap gulita, dan ada suara orang-orang yang sengaja berteriak atau bersiul. Lampu kereta yang temaram menambah suasana seru sekaligus mendebarkan.

Di beberapa stasiun kecil, kereta berhenti cukup lama. Banyak pedagang yang langsung naik, menjajakan makanan khas seperti tahu goreng, tempe mendoan, kopi hitam, sampai mainan anak-anak.

Waktu itu, harga makanan murah dan ada perasaan hangat dari suasana pasar dadakan di dalam kereta. Kalau beruntung, ada hiburan dari musisi jalanan yang ikut naik. Mereka menyanyikan lagu-lagu dangdut dan campursari populer di zaman itu, menambah suasana semarak.

Seperti yang sering terjadi pada kereta api Singosari-Malang pada sekitar tahun 1998an. Kereta ekonomi di zaman itu benar-benar penuh warna, bukan cuma penumpangnya yang beragam, tapi suasananya juga ramai.

Setiap kali kereta berhenti, selalu ada suara riuh orang yang naik turun, belum lagi pedagang yang silih berganti masuk sambil menawarkan macam-macam barang. Di tengah keramaian itu, ada satu hal yang selalu aku tunggu-tunggu: kehadiran para pengamen.

Biasanya mereka datang bergerombol dengan gitar, kendang, ketipung besar, bahkan ada yang bawa suling. Suaranya harmonis, alat musiknya pun lengkap, seolah-olah sedang nonton konser dadakan di dalam gerbong kereta. Mereka menyanyikan lagu-lagu populer waktu itu, mulai dari dangdut sampai lagu pop yang sedang hits, membuat perjalanan singkat ini terasa meriah.

Pengalaman naik kereta ini memang sederhana, tapi penuh kenangan. Terkadang pengamennya sangat pandai menyusun lagu hingga kami semua penumpang ikut bernyanyi.

Mereka berkeliling dari satu kursi ke kursi lain sambil tersenyum, membawa suasana hangat meski perjalanan hanya sebentar. Lagu yang mereka bawakan sering kali jadi latar belakang perjalananku pulang, membuatku merasa tak perlu buru-buru sampai.

Saat tiba di stasiun Singosari dan mereka melantunkan lagu perpisahan, kami penumpang merasa seperti keluarga sebentar dalam riuh rendah perjalanan ini. Ah, betapa rindunya aku dengan suasana sederhana tapi meriah seperti itu---di mana musik dan keramaian dalam kereta ekonomi selalu membuat perjalanan terasa hidup dan penuh cerita.

Kereta api jaman dulu mungkin penuh keterbatasan, tapi pengalaman naiknya jadi cerita yang tak terlupakan, dari keceriaan penumpang, keakraban tanpa batas, sampai trik-trik unik menghindari pemeriksaan tiket.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun