Semua penumpang, terutama anak-anak, menunggu momen terowongan ini. Begitu masuk, suasana jadi gelap gulita, dan ada suara orang-orang yang sengaja berteriak atau bersiul. Lampu kereta yang temaram menambah suasana seru sekaligus mendebarkan.
Di beberapa stasiun kecil, kereta berhenti cukup lama. Banyak pedagang yang langsung naik, menjajakan makanan khas seperti tahu goreng, tempe mendoan, kopi hitam, sampai mainan anak-anak.
Waktu itu, harga makanan murah dan ada perasaan hangat dari suasana pasar dadakan di dalam kereta. Kalau beruntung, ada hiburan dari musisi jalanan yang ikut naik. Mereka menyanyikan lagu-lagu dangdut dan campursari populer di zaman itu, menambah suasana semarak.
Seperti yang sering terjadi pada kereta api Singosari-Malang pada sekitar tahun 1998an. Kereta ekonomi di zaman itu benar-benar penuh warna, bukan cuma penumpangnya yang beragam, tapi suasananya juga ramai.
Setiap kali kereta berhenti, selalu ada suara riuh orang yang naik turun, belum lagi pedagang yang silih berganti masuk sambil menawarkan macam-macam barang. Di tengah keramaian itu, ada satu hal yang selalu aku tunggu-tunggu: kehadiran para pengamen.
Biasanya mereka datang bergerombol dengan gitar, kendang, ketipung besar, bahkan ada yang bawa suling. Suaranya harmonis, alat musiknya pun lengkap, seolah-olah sedang nonton konser dadakan di dalam gerbong kereta. Mereka menyanyikan lagu-lagu populer waktu itu, mulai dari dangdut sampai lagu pop yang sedang hits, membuat perjalanan singkat ini terasa meriah.
Pengalaman naik kereta ini memang sederhana, tapi penuh kenangan. Terkadang pengamennya sangat pandai menyusun lagu hingga kami semua penumpang ikut bernyanyi.
Mereka berkeliling dari satu kursi ke kursi lain sambil tersenyum, membawa suasana hangat meski perjalanan hanya sebentar. Lagu yang mereka bawakan sering kali jadi latar belakang perjalananku pulang, membuatku merasa tak perlu buru-buru sampai.
Saat tiba di stasiun Singosari dan mereka melantunkan lagu perpisahan, kami penumpang merasa seperti keluarga sebentar dalam riuh rendah perjalanan ini. Ah, betapa rindunya aku dengan suasana sederhana tapi meriah seperti itu---di mana musik dan keramaian dalam kereta ekonomi selalu membuat perjalanan terasa hidup dan penuh cerita.
Kereta api jaman dulu mungkin penuh keterbatasan, tapi pengalaman naiknya jadi cerita yang tak terlupakan, dari keceriaan penumpang, keakraban tanpa batas, sampai trik-trik unik menghindari pemeriksaan tiket.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H