Suara azan magrib berkumandang hampir berakhir, manakala anak-anak keluar dari rumahnya masing-masing. Kalo menilik posturnya usianya beragam, mulai dari empat tahunan hingga sudah menjelang akhir sekolah dasar.
Tergesa mereka sembari membenahi pecinya yang awalnya miring menjadi agak miring. Ada juga yang sambil membenahi sarungnya yang melorot menjadi tetap mau melorot.
Yang anak bawang selalu tertinggal di belakang tergopoh-gopoh mengejar kawan lain yang melangkah lebih panjang. Panggilannya kepada temannya untuk menunggu tidak digubris... (hi.. hi... geli lihatnya...).
Suara lato-lato mengiringi perjalanannya menuju mushola. Hampir semua membawa mainan yang lagi hits itu. Walaupun hanya bisa mainkan seperti ayunan jam dinding, namun bagi mereka yang penting punya.
Setelah Muazin menyelesaikan adzan dan orang dewasa menyelesaikan sholat qobliyah, anak-anak kecil berkerumun berebut mic, mengumandangkan puji-pujian. Dilanjutkan satu orang maju untuk mengumandangkan iqomah.
Anak-anak berbaris dishof kedua dan ujung kanan dan kiri orang dewasa.
Terus lato-latonya di taruh di mana saat sholat? Ada yang dikalungin di leher, ada yang dikantongi, ada juga yang ditaruh di depan tempat sholat.
Hanya dalam hitungan detik, setelah imam menyelesaikan salam terakhir bunyi tek...tek...tek... riuh mulai bersahutan.
Nampak yang sudah mahir menunjukkan permainannya ke kawan lainnya. Sedangkan yang masih ingusan melongo sambil mencoba menggerakkan lato-latonya yang bergerak liar. Bahkan ada yang frustasi gak bisa-bisa maininnya, pasrah hanya dudukan di teras mushola sambil gerak-gerakin lato-latonya di lantai.
Di sudut serambi lain ada yang sedang gigih mengajarin kawannya, bak seorang bos memberi supervisi anak buahnya.Â