Mohon tunggu...
Tri Atmoko
Tri Atmoko Mohon Tunggu... Ilmuwan - Peneliti Satwa Liar

Pengalaman menelusuri hutan, berbagai pengetahuan alam dan satwa liar.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Tahura Bukit Suharto: Kantong Habitat Satwa Liar di Ibu Kota Nusantara (IKN)

7 Januari 2023   06:54 Diperbarui: 7 Januari 2023   06:55 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tahura Bukit Suharto (Sumber: https://independensi.com/)

Presiden Jokowi pada 29 April 2019 telah memutuskan pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Kalimantan Timur. Hal tersebut diperkuat dengan terbitnya UU No 3 tahun 2022 tentang Ibu Kota Nusantara. Lokasi ibu kota berada di dua wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara.

Pembangunan ibu kota negara yang baru adalah berkonsep “forest city”. Di mana Sebagian besar arealnya, yaitu 75% nanti adalah dalam bentuk tutupan hutan. Dalam mendukung konsep tersebut maka tidak hanya tutupan hutan yang akan diciptakan, namun sebuah komunitas hutan yang sesungguhnya. Artinya selain ditumbuhi dengan pepohonan, juga hutan yang terbentuk nantinya juga berisi dengan berbagai satwa liar.

Selanjutnya jenis satwa liar apa saja yang nantinya mengisi hutan yang dibangun di IKN? Dari masa asal muasal satwa liar yang diharapkan mengisinya?

Untuk mengisi hutan, maka diperlukan kantong-kantong habitat satwa asli (native) yang saat ini eksisting.

Terdapat beberapa kantong habitat satwa liar yang saat ini ada di dalam dan sekitar areal IKN yang telah ditetapkan, salah satunya adalah Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Suharto. Areal tersebut adalah sebuah Kawasan konservasi dalam bentuk Kawasan Pelestarian Alam. Keberadaan Tahura bertujuan untuk koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi.

Terdapat beberapa unit pengelolaan di Kawasan Tahura Bukit Suharto, di antaranya adalah Pusat Rehabilitasi Hutan Tropis (Pusrehut) Universitas Mulawarman, Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Samboja, KHDTK Loa Haur, dan UPTD Tahura Bukit Suharto.

Keberadaan Tahura Bukit Suharto terbelah oleh jalan poros Balikpapan-Samarinda, mulai dari km 38 Samboja hingga Batuah-Loa Janan. Di kedua ujung jalan yang masuk Tahura tersebut terdapat pos polisi. Dahulunya harapan dengan adanya kedua pos polisi tersebut adalah menjaga keamanan Tahura dari berbagai gangguan, terutama illegal logging. Namun saat ini fungsinya lebih ke arah keselamatan transportasi di sepanjang jalur lalu lintas utama di Tahura.

Meskipun kondisi Tahura Bukit Suharto sudah banyak mengalami gangguan dan kerusakan, namun terdapat beberapa lokasi yang masih memiliki keanekaragaman jenis satwa liar di dalamnya. Salah satu hutan yang masih utuh sebagau hutan primer adalah di Hutan Wartono Kadri yang berada di dalam KHDTK Samboja.

Di hutan tersebut masih dijumpai jenis satwa langka dan dilindungi, seperti beruang madu, macan dahan, ular pyton, owa Kalimantan, lutung merah, lutung kelabu, berbagai jenis burung paruh besar, dan berbagai jenis burung berkicau.

Satwa liar yang ada di kantong habitat tersebut nantinya yang diharapkan dapat mengisi hutan di IKN. Sehingga hutan IKN menjadi hidup dengan berbagai aktivitas alami satwa liar. Kicauan burung pagi hari, great call owa Kalimantan dan kepakan berbagai jenis burung paruh besar menyemarakkan suasana hutan. Hutan baru yang terbentuk jangan sampai mengalami silent forest syndrome, yaitu kondisi hutan yang penuh dengan pepohonan, namun tanpa adanya kehidupan satwa liar di dalamnya.

Ada hal yang penting terkait IKN dan satwa liar, yaitu potensi terjadinya konflik. Ini harus dipersiapkan save guard untuk mengantisipasinya. Jangan sampai keberadaan hutan dengan satwa liar di dalamnya justru menimbulkan konflik kepentingan antara penduduk IKN dengan satwa liar.

Budaya masyarakat di IKN harus diperbaiki dan dipersiapkan untuk ramah dengan kehadiran satwa liar. Budaya bersih dan membuang sampah pada tempatnya akan menghindari satwa liar masuk ke permukiman.

Tinggal di sebuah kota maju yang nyaman dengan kemudahan teknologi tinggi; di dalam suasana hutan dengan berbagai satwa liar yang hidup bebas adalah cita-cita dari ibu kota impian Bangsa Indonesia di Ibu Kota Nasantara.

Untuk mewujudkannya perlu melindungi Tahura Bukit Suharto dari kerusakan yang lebih parah, sembari menunggu forest city terbangun dan layak bagi manusia dan satwa liar di dalamnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun