Andai asmara ini layaknya nada
Entah pada nada apa aku memulai ketukan pertama
Andai asmara ini layaknya puisi
Entah aku harus menulis berbait rima atau bersajak lagu
Namun tetap saja, lagu lirih itu pengiring sejati
Pada tiap fajar maupun senja
Pada saat sejuk maupun hangat
Entah bersama robusta atau mocaccino
Ia tetap saja menari di hati ini
Seolah tak peduli betapa besar inflasi
Berapa lebar gini ratio
Berapa centimeter bukit yg kudaki
Seolah tak peduli…kala memang asmara berkuasa
Bahkan senjapun mendadak palsu dan meratap lara
Jika terbang adalah ingin semua orang
Justru aku ingin lelap
Merasakan tiap degup dalam lorong gelap
Merengkuh menjangkau Dia dalam dekap
Sketsa Paduka yang selama ini hanya bisa kuharap
Sketsa Paduka yang selalu dekat meski tak pernah pandanganku hinggap dalam tatap
Jakarta 10 Mei 2016
Tri asmoko ariapan (trias)
@trias_sejagad
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H