Syair ini menggoreng pidato Jokowi di tahun 2016 yang menghendaki 10 juta wisatan China berkunjung ke Indonesia. Mengapa 10 juta wisatawan bisa berubah jadi 10 juta pekerja dalam lagu tersebut? Bukankah ini berarti tidak mencerdaskan para pendengar?
Ketiga, gerakan Cabut Mandat SBY diikuti beragam elemen masyarakat yang tidak dibatasi oleh kecenderungan politik tertentu. Gerakan ini adalah gerakan lintas golongan, lintas suku, lintas kubu politik dan lintas agama.
Salah satu simbolnya adalah kehadiran cendekiawan sekaligus penyair, WS Rendra. Sebaliknya. Gerakan #2019GantiPresiden jelas memposisikan diri pada golongan tertentu; ia bukanlah gerakan serba lintas yang mestinya menyatukan.
Singkat kata, deklarasi gerakan #2019GantiPresiden ditanggapi oleh beragam penolakan oleh masyarakat sipil (bukan aparat keamanan) karena waktu deklarasi yang tidak tepat (bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha dan Asian Games) dan tempat yang tidak tepat  (di Riau dan Surabaya, kedua kantong pendukung Presiden Jokowi) dan slogan serta lagu yang tidak mendidik (propaganda dibalut isu palsu).
Jika benar-benar ingin sesuai dengan demokrasi Indonesia, hendaknya setiap gerakan mengikuti demokrasi Pancasila: yang menjunjung tinggi persatuan, di bawah komando keadaban, hikmat dan kebijaksanaan serta taat dan hormat pada nilai-nilai agama.
Jakarta, Selasa subuh, 28 Agustus 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H