"Menjadi muridku?" tanya orang itu sembari menoleh.
"Mau belajar apa?"
"Apa saja, asal Tuan menerima saya sebagai murid."
"Berat, berat sekali anak muda, bersediakah kau menerima syarat-syaratnya?"
"Saya bersedia!" jawabnya.
Lelaki itu kemudian menancapkan tongkatnya di tepi sungai.
"Tungguilah tongkatku ini. Jangan beranjak sampai aku kembali lagi."
Raden Said diperintahkan menungguinya. Tak boleh beranjak dari tempat itu sebelum lelaki itu kembali menemuinya. Raden Said bersedia menerima syarat ujian itu.
Selanjutnya lelaki itu menyeberangi sungai. Sepasang mata Raden Said terbelalak heran, lelaki itu berjalan di atas air bagaikan berjalan di daratan saja. Kakinya tidak basah terkena air. Setelah lelaki itu hilang dari pandangan Raden Said, pemuda itu duduk bersila, dia berdo'a kepada Tuhan supaya ditidurkan seperti para pemuda di goa Kahfi ratusan tahun silam. Do'anya dikabulkan. Raden Said tertidur dalam samadinya selama tiga tahun. Akar dan rerumputan telah membalut dan hampir menutupi sebagian besar anggota tubuhnya.
Setelah tiga tahun lelaki berjubah putih itu datang menemui Raden Said. Tapi Raden Said tak bisa dibangunkan. Barulah setelah mengumandangkan azan, pemuda itu membuka sepasang matanya. Tubuh Raden Said dibersihkan, diberi pakaian baru yang bersih. Kemudian ia dibawa ke Tuban. Mengapa ke Tuban? Karena lelaki berjubah putih itu adalah Sunan Bonang.
Trianto Ibnu Badar at-Taubany